KETIKA Aya Sophia masih menjadi masjid, ada beberapa hal penting yang jarang diungkap ke publik. Selain bahwa Aya Sophia masih berfungsi sebagai masjid, Agung Waspodo menjelaskan hal berikut.
Pada ilustrasi tertanggal tahun 1847, ada 9 poin yang menggambarkan bagaimana fungsi Aya Sophia ketika masih menjadi masjid di Turki.
1. Ada area khusus untuk anak-anak karena masjid bukan hanya bagi orang dewasa,
2. Semuanya anak laki-laki karena anak-anak perempuan “bermainnya” di tempat ibu-ibunya,
3. Ada orang dewasa yang membersamai mereka karena anak-anak tidak dibiarkan “bermain” sendiri,
4. Sosok yang membersamai pada ilustrasi ini terlihat seorang ahli agama dari pakaian serta warna biru pada jubahnya yang menandakan beliau seorang calon ulama,
5. Dilihat dari gambar bagian tengah sebelah kiri, nampak bahwa ini gambar di bagian atas (lantai dua) Aya Sophia Camii,
6. Dilihat dari adanya meja lesehan di belakang sosok pengajar itu besar kemungkinan sebagian atau semua anak-anak ini sedang menunggu antrian menyetor hafalan alquran mereka,
7. Anak-anak terlihat asyik dan santai sekali dalam acara ini,
8. Dua sosok di sebelah kanan gambar seperti ulama dan muridnya (jubah kebiru-biruan) yang sedang mengamati dari jauh proses pembelajaran itu,
9. Pencahayaan bukan hanya cukup terang, namun berkesan mencerahkan.
Baca Juga: Shalat Tarawih di Hagia Sophia Tandai Awal Ramadan di Turki
Ketika Aya Sophia Masih Menjadi Masjid
Ayasofya Camii, 1847, OIA
Agung Waspodo, kalau sedang ke Aya Sophia jangan lupa ke lantai dua, bukan hanya untuk mengambil foto pemandangan yang begitu memukau. Tapi, coba cari pojok ini kira-kira di mana?
Depok, 18 Dzul-Hijjah 1440 Hijriyah.
Dikutip dari Wikipedia, pada 1453 M, Konstantinopel ditaklukkan oleh Utsmani di bawah kepemimpinan Sultan Mehmed II, yang kemudian memerintahkan pengubahan gereja utama Kristen Ortodoks menjadi masjid.
Hagia Sophia atau dikenal sebagai Aya Sofya dalam ejaan Turki, bangunan yang berada dalam keadaan rusak ini memberi kesan kuat pada penguasa Utsmani dan memutuskan untuk mengubahnya menjadi masjid.
Berbagai lambang Kristen seperti lonceng, gambar, dan mosaik yang menggambarkan Yesus, Maria, orang-orang suci Kristen, dan para malaikat ditutup dengan kain hitam.
Berbagai atribut Keislaman seperti mihrab, minbar, dan empat menara, ditambahkan. Aya Sofya tetap bertahan sebagai masjid sampai tahun 1931 M.
Kemudian bangunan ini ditutup bagi umum oleh pemerintah Republik Turki dan dibuka kembali sebagai museum empat tahun setelahnya pada 1935.
Pada tahun 2014, Aya Sofya menjadi museum kedua di Turki yang paling banyak dikunjungi, menarik hampir 3,3 juta wisatawan per tahun.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Budaya dan Pariwisata Turki, Aya Sofya merupakan tempat di Turki yang paling menarik perhatian wisatawan pada 2015.
Dari pengubahan awal bangunan ini menjadi masjid sampai pembangunan Masjid Sultan Ahmed (juga dikenal dengan Masjid Biru) pada 1616, Aya Sofya merupakan masjid utama di Istanbul.
Arsitektur Bizantium pada Aya Sofya mengilhami banyak masjid Utsmani, seperti Masjid Biru, Masjid Şehzade (Masjid Pangeran), Masjid Süleymaniye, Masjid Rüstem Pasha, dan Masjid Kılıç Ali Pasha.[ind]