ChanelMuslim.com- Amal dakwah Rasulullah di masa awal bersifat sirriyah. Artinya, dengan sembunyi-sembunyi. Sekitar 40 orang di masa ini yang masuk Islam.
Setelah beberapa kali turunnya wahyu, antara lain Surah Al-Mudatsir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan Islam kepada orang-orang terdekatnya. Sejumlah orang tersebut akhirnya masuk Islam.
Orang pertama yang masuk Islam adalah istri beliau, Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu ‘anha. Kemudian budak beliau, Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu.
Menyusul setelah dua orang itu adalah keponakan beliau, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Saat itu Ali masih belia. Ia memang tinggal bersama Nabi dan dalam tanggungan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Setelah tiga orang itu, masuk Islam pula sahabat dekat beliau, Abu Bakar Ash-shiddiq. Orang ini memang dikenal sebagai sosok yang karakternya begitu dekat dengan karakter Nabi: dermawan, lembut, giat bekerja, mudah bergaul, dan dekat dengan orang-orang miskin.
Dari Abu Bakar inilah masuk Islam teman-teman dekatnya. Mereka umumnya dari kalangan pebisnis yang lama menjalin persahabatan dengan Abu Bakar.
Di antara mereka adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah.
Kemudian, menyusul lagi Bilal bin Rabah, Abu Ubaidah bin Dzarrah, Abu Salamah, Al-Arqam bin Abi Al-Arqam, Said bin Zaid serta istrinya bernama Fathimah binti Al-Khaththab. Yang terakhir merupakan adik kandung dari Umar bin Al-Khaththab yang saat itu belum masuk Islam.
Waktu-waktu berikutnya akhirnya mencatat, dari Fathimah dan suaminyalah, Allah memberikan hidayah kepada Umar bin Khaththab.
Masih banyak lagi sahabat-sahabat yang disebut sebagai Assabiqunal Awwalun atau generasi pertama umat ini. Jumlah mereka sekitar 40 orang.
Bersamaan itu pula, turun wahyu yang memiliki ciri yang hampir sama. Yaitu, ayatnya pendek-pendek, memiliki susunan kata yang indah, berbicara tentang dunia dan akhirat, serta kabar tentang surga dan neraka.
Pada masa awal dakwah itu, turun pula wahyu tentang perintah shalat sebelum peristiwa Isra Mi’raj. Para ahli menyebut, shalat yang diwajibkan saat itu adalah shalat sebelum matahari terbit dan shalat saat matahari terbenam. Meskipun, hal ini masih dalam perselisihan pendapat para ulama.
Pada masa itu pula, Jibril datang untuk mengajarkan Rasulullah berwudhu. Hal ini kemudian diajarkan Nabi kepada para sahabat.
Ketika waktu shalat datang, Rasulullah dan para sahabat pergi ke perbukitan untuk melaksanakan shalat secara sembunyi-sembunyi.
Pernah suatu kali, Abu Thalib (paman Nabi) yang belum masuk Islam memergoki Rasulullah sedang shalat bersama Ali bin Abu Thalib yang juga anaknya. Keduanya pun ditegur oleh Abu Thalib.
Namun ketika akhirnya Abu Thalib mengetahui bahwa amal yang dilakukan Nabi itu bernilai serius, ia tidak menegur lagi. Abu Thalib bahkan menasihati Nabi untuk melaksanakannya dengan tsabat atau teguh. [Mh/Kitab Rahiqul Makhtum]