Chanelmuslim.com – Utsman bin Mazh’un, muhajirin pertama yang menapaki surga. Akhirnya, Utsman hijrah ke Madinah. Di sana ia tidak diusik lagi oleh Abu Jahal, Abu Lahab, Umayyah, ‘Utbah atau oleh pemuka-pemuka Quraisy lainnya yang telah sekian lama menyebabkan ia dan rekan-rekan seperjuangan tidak bisa bergerak bebas di siang hari dan tidak bisa tidur nyenyak di malam hari.
Baca Juga: Kisah Kesetiaan Istri Utsman bin Affan, Nailah binti Al-Farafishah (1)
Mujahirin Pertama yang Menapaki Surga
Ia berangkat ke Madinah bersama rekan-rekan seperjuangan yang dengan keteguhan dan ketabahan dari mereka telah lulus dalam ujian yang sangat sulit.
Mereka hijrah ke Madinah bukan untuk beristirahat dan berhela-hela. Tapi Madinah adalah gerbang bagi mereka untuk mengembangkan sayap dan menyebarkan agama Islam yang membawa berita gembira dan petunjuk.
Di Madinah Al-Munawwarah, kepribadian Utsman bin Mazh’un yang istimewa semakin terlihat ibarat permata. Ia ahli ibadah dan berjiwa zuhud yang tidak hanya duduk di masjid untuk berzikir, melainkan juga berjihad di jalan Allah. Ia jadikan seluruh sisi kehidupan dan medan perjuangan sebagai lahan ibadah.
Ia ahli ibadah di malam hari dan mujahid di siang hari. Bahkan lebih dari itu, ia ahli ibadah di malam hari dan siang hari, dan ia juga mujahid di siang hari dan di malam hari.
Generasi sahabat, apalagi yang hidup di masa itu, semuanya berjiwa zuhud dan ahli ibadah. Namun, Utsman bin Mazh’un memiliki gaya tersendiri. Jiwa zuhudnya sangat mempesona. Jiwa shalat dan zikir telah mewarnai semua kehidupannya. Ketika ia sudah masuk dalam kancah ibadah, ia putus semua hal yang berhubungan dengan kesenangan dan kenikmatan dunia. Lihatlah, ia hanya memakai pakaian dan memakan makanan yang paling sederhana.
Suatu hari, ia masuk masjid dengan pakaian usang yang telah sobek-sobek yang ditambalnya dengan kulit unta. Melihat pemandangan itu, hati Rasulullah tersentuh. Para sahabat meneteskan air mata.
Rasulullah bersabda, “Bagaimana pendapat kalian, jika kalian bisa berganti-ganti pakaian di pagi dan sore hari. Makanan yang dihidangkan kepada kalian juga berganti-ganti. Kalian juga bisa menghias rumah kalian, seperti kalian menghias Ka’bah?”
“Kami ingin hal itu dapat terjadi, ya Rasulullah. Kami ingin hidup makmur,” kata mereka.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya, hal itu pasti terjadi. Tetapi keimanan kalian hari ini lebih baik daripada keimanan kalian di hari itu.”
Utsman bin Mazh’un mendengar pesan Rasulullah tersebut. Maka, jangan heran jika kehidupannya setelah itu semakin sederhana. Bahkan, ia sempat tidak mau bersenggama dengan istrinya hingga ditegur oleh Rasulullah, “Istrimu mempunyai hak yang harus kamu penuhi.”
Rasulullah saw sangat sayang kepada Utsman bin Madi’un. Saat ruhnya yang suci bersiap-siap menghadap Tuhannya (sebagai Muhajirin pertama yang meninggal di Madinah, sekaligus yang pertama menapaki surga) saat itu Rasulullah sedang berada di dekatnya.
Rasulullah saw. membungkuk mencium kening Ibnu Mazh’un. Bahkan, kening Ibnu Mazh’un basah oleh air mata Rasulullah yang suci dan harum, sehingga raut muka Ibnu Mazh’un yang bersinar itu semakin bercahaya.
Rasulullah saw. melepas sahabatnya tercinta dengan sabdanya “Semoga Allah memberimu rahmat, wahai Abu Saib. Kamu tinggalkan dunia sebelum kamu menikmatinya, dan sebelum dunia memperdayamu.”
Rasulullah tidak pernah melupakan Utsman bin Mazh’un meskipun dia telah meninggal dunia. Beliau masih sering menyebut dan memujinya. Bahkan, saat putri beliau yang bernama Ruqayah meninggal dunia, beliau melepasnya dengan ucapan, “Susullah pendahulu kita yang baik, Utsman bin Mazh’un.”
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom