ChanelMuslim.com – Penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an terdiri dari tiga tahapan. Dimulai dari masa Nabi Muhammad sampai para sahabat. Akan tetapi, pengumpulan Al-Qur’an baru benar-benar dilakukan pada masa Khalifah Abu Bakar.
Baca Juga: LAZ Al Azhar Sumatera Barat Percepat Pembangunan Pondok Qur’an
Penulisan dan Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Rasulullah dan Abu Bakar
Dilansir channel telegram KisahIslami yang menerjemahkan dari Ushul fit Tafsir karya Syaikh Ibnu Utsaimin oleh Abu Utsman Kharisman, tahap pertama terjadi di masa Rasulullah.
Tahapan Pertama
Pada masa itu, belum terjadi pengumpulan Al-Qur’ karena pemanfaatan hafalan lebih banyak dilakukan dibandingkan tulisan karena kebanyakan pada masa itu memiliki kekuatan daya ingat (yang tinggi), kecepatan menghafal, dan sedikitnya orang yang bisa menulis serta sedikitnya media untuk menulis.
Oleh sebab itu, pada tahapan ini Al-Qur’an belum dikumpulkan menjadi sebuah mushaf. Biasanya, orang yang mendengar ayat, maka akan langsung menghafalnya atau menuliskannya di pelepah kurma, lembaran kulit, dan permukaan batu, tulang belikat (unta).
Saat itu, para penghafal al-Quran jumlahnya sangat banyak. Dalam Shahih Al-Bukhari dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu alaihi wasallam mengutus 70 orang yang disebut dengan Al-Qurro’ (para penghafal Al-Qur’an)
Kemudian, mereka dihadang oleh sekelompok orang dari 2 kampung Bani Sulaim, Ri’il dan Dzakwaan di dekat Sumur Ma’unah, sehingga mereka terbunuh.
Tahapan Kedua
Tahap ini terjadi pada masa kepemimpinan Khalifah Abu Bakar di tahun ke-12 Hijriyah. Saat itu, penyebabnya adalah terbunuhnya sejumlah besar para penghafal Al-Qur’an dalam pertempuran Yamamah, seperti Salim Maula Hudzaifah, salah seorang yang (kaum muslimin) diperintahkan Nabi untuk mengambil (ilmu bacaan) Al-Qur’an darinya.
Kemudian Abu Bakar pun memerintahkan pengumpulan Al-Qur’an dilakukan agar Al-Qur’an tidak menjadi hilang.
Dalam Shahih Al-Bukhari, Umar bin Khattab mengusulkan kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan Al-Qur’an setelah pertempuran Yamamah.
Awalnya, Abu Bakar diam (tidak menanggapi) kerana perasaan wara’ (dalam dirinya). Namun, terus menerus Umar mengulanginya, hingga Allah membukakan dada Abu Bakar (untuk menerima usulan itu).
Beliau pun mengutus seseorang untuk memanggil Zaid bin Tsabit untuk menemuinya.
Abu Bakar berkata (kepada Zaid bin Tsabit), “Sesungguhnya engkau adalah seorang pemuda yang cerdas. Kami tidak meragukanmu. Engkau telah menulis wahyu untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Carilah (selidikilah) Al-Qur’an dan kumpulkan.”
Zaid berkata, “Aku pun kemudian melakukan penelitian terhadap Al-Qur’an dan mengumpulkannya dari (tulisan-tulisan yang ada di) pelepah-pelepah kurma dan hafalan orang-orang.”
Akhirnya, kumpulan itu menjadi mushaf yang berada di sisi Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya. Kemudian, mushaf itu berada di Umar saat masih hidup dan berpindah ke Hafshah, putri Umar.
(Kisah ini) disebutkan dalam riwayat Al-Bukhari secara panjang lebar. [Cms]
(Bersambung pada bagian kedua)