ChanelMuslim.com – Kita bisa belajar dari tiga penyebab kehancuran umat terdahulu. Penyebab-penyebab ini diharapkan agar menjadi pengingat untuk umat Islam yang masih hidup sampai kini agar tidak mengulangi hal-hal yang bisa mendekatkan kepada kehancuran.
Baca Juga: Kisah Kehancuran Abrahah dan Perjodohan Abdullah
Tiga Penyebab Kehancuran Umat Terdahulu
Dikutip dari Alfahmu.id, website resmi Ustaz Farid Nu’man, dijelaskan bahwa penyebab pertama adalah karena hukum tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Rasulullah telah menyebutkan ini sebagai penyebab binasanya umat terdahulu.
Jika yang berbuat salah adalah para pejabat, orang kuat, tokoh, maka mereka selamat dan hukum tidak ditegakkan.
Namun, jika yang berbuat salah adalah rakyat biasa, orang lemah, mereka dihukum, dipenjara, dan dilukai fisik dan rasa keadilannya.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا أَهَمَّهُمْ شَأْنُ الْمَرْأَةِ الْمَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ فَقَالُوا وَمَنْ يُكَلِّمُ فِيهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا وَمَنْ يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ إِلَّا أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ حِبُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَلَّمَهُ أُسَامَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللَّهِ ثُمَّ قَامَ فَاخْتَطَبَ ثُمَّ قَالَ إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha bahwa orang-orang Quraisy sedang menghadapi persoalan yang menggelisahkan, yaitu tentang seorang wanita tokoh Bani Makhzumiyah yang mencuri lalu mereka berkata, “Siapa yang mau merundingkan masalah ini kepada Rasulullah?”
Sebagian mereka berkata, “Tidak ada yang berani menghadap beliau kecuali Usamah bin Zaid, orang kesayangan Rasulullah.
Usamah pun menyampaikan masalah tersebut lalu Rasulullah bersabda, “Apakah kamu meminta keringanan atas pelanggaran terhadap aturan Allah?”
Kemudian, beliau berdiri menyampaikan khuthbah lalu bersabda, “Orang-orang sebelum kalian menjadi binasa karena apabila ada orang dari kalangan terhormat [pejabat, penguasa, elit masyarakat] mereka mencuri, mereka membiarkannya dan apabila ada orang dari kalangan rendah [masyarakat rendahan, rakyat biasa] mereka mencuri mereka menegakkan sanksi hukuman atasnya. Demi Allah, sendainya Fathimah binti Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya”. (H.R. Bukhari No. 3475)
Kedua, banyak bertanya. Maksudnya adalah pertanyaan yang tidak bermanfaat, memberatkan, dan mengundang fitnah. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah
. كَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يُحَدِّثُ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَافْعَلُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلَافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ
Abu Hurairah bercerita bahwa dia mendengar Rasulullah bersabda, “Apa yang telah aku larang untukmu maka jauhilah. Dan apa yang kuperintahkan kepadamu, maka kerjakanlah dengan sekuat tenaga kalian.
Sesungguhnya umat sebelum kalian binasa karena mereka banyak bertanya, dan sering berselisih dengan para Nabi mereka.” (H.R. Muslim No. 1337)
Baca Juga: Kajian Aqidah Islam: Tujuh Jurang Kehancuran
Contoh Banyak Bertanya
Contohnya adalah pertanyaan Bani Israil kepada Nabi Musa ‘Alaihissalam, yang bertele-tele dan tidak penting tentang sapi yang Allah Ta’ala perintahkan untuk disembelih, tujuannya agar tidak jadi mereka menyembelihnya, tapi Nabi Musa ‘Alaihissalam menjawabnya dengan sabar. Akhirnya mereka pun menyembelihnya.
Penyebab terakhir adalah karena berselisih dengan ajaran para Nabi ‘Alaihimussalam, yaitu meninggalkan ajaran nabi dan mengambil ajaran lain selain ajaran para nabi, dalam konteks zaman kita tentu menyelisihi ajaran Nabi Muhammad.
Jika meninggalkan, menyelisihi, sudah cukup menjadi sebab kehancuran sebuah umat, maka apalagi memerangi ajaran para Nabi ‘Alaihimussalam, seperti mendiskreditkan Islam, fobia kepada hal-hal beraroma Islam, dan memusuhi para ulama yang tulus serta para pejuangnya.
Imam Ibnu ‘Allan Rahimahullah mengatakan:
استفيد منه تحريم الاختلاف وكثرة المسائل من غير ضرورة، لأنه توعد عليه بالهلاك، والوعيد عن الشيء دليل تحريمه بل كونه كبيرة، ووجهه في الاختلاف أنه سبب تفرق القلوب ووهن الدين، وذلك حرام فسببه المؤدي إليه حرام
Faedah dari hadits ini adalah haramnya berselisih [dengan para nabi] dan banyak bertanya tanpa keperluan mendesak, karena hal itu dijanjikan dengan datangnya kebinasaan.
Ancaman keras terhadap sesuatu menunjukkan haramnya hal tersebut bahkan dosa besar. Karena, berselisih itu menjadi sebab pecahnya hati dan lemahnya agama, dan hal itu haram. Maka apa pun yang menjadi sebab kepadanya dia haram juga. (Dalilul Faalihin, 2/415)
Semoga kita bisa menghindari penyebab-penyebab di atas. Aamiinn. [Cms]