• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Jumat, 16 Mei, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Khazanah

STIE Hidayatullah Gelar Kajian Jurnalistik

Mei 1, 2017
in Khazanah
72
SHARES
555
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
ADVERTISEMENT
Foto: dari Kiri (Abdul Mansur Jihad, Andre Rahmat, Prawira Dijaya Marpaung, Aidul Makmur) dalam “Kajian Jurnalistik”

ChanelMuslim.com – Dalam rangka mengembangkan potensi mahasiswa di bidang jurnalistik, Mahasiswa BEM KBM STIE Hidayatullah mengadakan “Kajian Jurnalistik” di Gedung Pusdiklat Ponpes Hidayatullah Depok, Ahad (30/4).

Diketuai oleh Abdul Mansur Jihad, dan dihadiri pula oleh Presiden BEM KBM STIE Hidayatullah, Prawira Dijaya Marpaung. Kajian ini sukses menarik minat puluhan mahasiswa yang antusias mengikuti kegiatan tersebut. Meski diadakan di malam hari, tak menyurutkan semangat peserta dalam memperluas wawasan mereka seputar jurnalistik.

“Kalau engkau bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis,” Imam Al Ghazali mengatakan demikian.

Sebuah pemikiran yang dituturkan oleh Andre Rahmat,  Pengurus Wilayah Syabab Hidayatullah Jawa Timur Divisi Informasi dan Hubungan Luar serta Dewan Pengurus PENA (Penulis Muda Nusantara) Jawa Timur.

Foto : Andre Rahmat/Pemateri pada “Kajian Jurnalistik”

Melihat fenomena sekarang ini, kondisi masyarakat banyak yang belum terliterasi, hal ini cenderung membuat mereka mudah terhasut oleh berita-berita yang belum pasti kebenarannya, khususnya dalam media.

Media di Indonesia saat ini masih banyak yang bersifat tidak  independen. Seringkali berita yang ditampilkan pada  media tidak obyektif dan hanya bersifat untuk kepentingan tertentu saja. Media juga sarat akan pemanipulasian data dan fakta selalu ditutupi.

“Cacing Jadi Naga, Naga Jadi Cacing. Kebatilan selalu dibesarkan, sedangkan Kebaikan senantiasa diredupkan,” tutur bang Andre, demikian sapaannya pada Kajian Jurnalistik tersebut.

Media mampu membentuk, memberi fokus, dan mempercepat opini publik, media juga dapat menciptakan atau menghancurkan, sejatinya media menjadi kekuatan sendiri dalam perubahan sosial.

Maka di sinilah Jurnalis Muslim berperan. Menjadi penyeimbang media-media mainstream. Membombardir media dengan berita fakta yang layak untuk dikonsumsi masyarakat.

Menjadi seorang Jurnalis harus memiliki sikap skeptis atau selalu mempertanyakan segalanya agar suatu berita dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam Islam dikenal dengan istilah Tabayun, sebagaimana dijelaskan dalam  Qs.Al-Hujurat: 6 “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seorang yang fasik datang kepadamu membawa sebuah berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatan itu”.

Seorang Jurnalis harus cepat bertindak (action). Jurnalis tidak menunggu sampai peristiwa itu muncul. Melainkan ia akan mencari dan mengamati lingkungannya dengan naluri wartawannya.

Foto : Peserta “Kajian Jurnalistik”

Ia (Jurnalis) juga harus membawa perubahan sehingga media bukan lagi sebagai penyalur informasi, tetapi juga fasilitator, penyaring, dan pemberi makna dari sebuah informasi. Karena perubahan merupakan hukum utama seorang jurnalis.

Berita yang diangkat juga tidak sembarang. Melainkan wajib memiliki nilai-nilai sebuah berita, yakni tidak memihak, aktual, luar biasa, dan penting. Dengan mempertimbangkan unsur pokok 5W+1H (Who,What, Where, Why, dan How).

Siapa yang terlibat di dalamnya? Apa yang terjadi dalam peristiwa tersebut? Di mana terjadinya? Mengapa terjadi? Kapan peristiwa itu berlangsung? dan bagaimana terjadinya? Semuanya harus jelas tanpa ada yang ditutupi. Karena berita tidak bersifat subyektif, melainkan obyektif. Tidak memihak dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

“Sesungguhnya kita dibutuhkan sebagai Jurnalis Muslim untuk menyajikan berita yang jauh dari hoax, mengedepankan fakta, dan berpacu pada kebenaran. Yang terpenting menjadi seorang jurnalis adalah action,” pesan Andre yang juga Founder dari Komunitas Taklim Jurnalistik.(Ipr/Ind)

Previous Post

Ini Lima Makanan yang Tidak akan Bikin Gemuk

Next Post

Di Hari Buruh, AJI Pinta Perusahaan Media Buat Jurnalis Sejahtera

Next Post

Di Hari Buruh, AJI Pinta Perusahaan Media Buat Jurnalis Sejahtera

Dompet Dhuafa Gelar Genyumnas di Yogyakarta dan Solo Bareng Satwa 

Diancam akan Dibunuh, Fahira Idris Lapor ke Polisi

.:: TERPOPULER

Chanelmuslim.com

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga