ChanelMuslim.com- Salah satu adab dalam pergaulan Islam adalah memperhatikan saudara seiman yang sedang sakit. Kita menjenguknya, mendoakannya, dan menghiburnya.
Islam sangat memperhatikan pergaulan yang baik sesama muslim. Salah satunya adalah dengan melakukan kunjungan terhadap saudara yang sedang sakit.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sangat memuji mereka yang melaksanakan sunnah ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Siapa yang menjenguk orang yang sedang sakit, dia senantiasa berada pada khurfah (kebun) di surga, hingga dia kembali ke rumahnya.” (HR. Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi)
Namun begitu, menjenguk orang sakit adalah melakukan kunjungan terhadap orang yang sedang kesusahan. Karena itu, kunjungan ini sangat berbeda dengan kunjungan umumnya.
Beberapa hal berikut ini patut menjadi masukan agar menjenguk orang sakit bisa menjadi bagian dari menghidupkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Antara lain:
Pertama, memberikan kesenangan di hati orang yang sedang sakit, menyuguhkan apa yang dia perlukan, dan menasihati tentang derita yang ia alami.
Memberikan kesan yang baik kepada yang sakit akan mengurangi penderitaannya. Bahkan kehadiran saudara-saudaranya seiman saja sudah sangat memberikannya dorongan untuk sembuh.
Kedua, dianjurkan duduk di dekat kepala orang yang sedang sakit. Ini adalah sunnah yang dilaksanakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang shalih setelah beliau.
Duduknya orang yang menjenguk di dekat kepala orang yang sedang sakit memiliki beberapa faedah. Di antaranya: untuk mengakrabkan orang yang sedang sakit, memudahkan orang yang menjenguk untuk meletakkan tangannya pada orang yang sedang sakit, dan mendoakannya serta merukyahnya.
Ketiga, menanyakan keadaannya dan menyemangatinya. Seperti berkata, “Tidak apa-apa, kamu akan sembuh Insya Allah.”
Sebaiknya orang yang menjenguk orang yang sedang sakit tidak mengucapkan apa pun kecuali kata-kata yang baik, karena para malaikat mengamini ucapannya.
Dianjurkan bagi orang yang menjenguk untuk mendoakan orang yang sedang sakit agar diberikan rahmat dan ampunan, pembersihan dari dosa dan keselamatan serta kesehatan. Doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di antaranya yaitu,
لا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّه
“Tidak mengapa, semoga sakitmu menghapuskan dosa-dosamu insya Allah”. Dan lain-lain.
Keempat, menjenguk orang yang sakit dianjurkan meletakkan tangannya pada tubuh orang yang sedang sakit, seperti di bagian tangan atau kening. Karena dengan demikian berpengaruh pada meringankan bebannya atau kemungkinan dapat menghilangkan penyakit secara total. Akan tetapi, tidak mungkin memastikan hal itu, karena tidak ada nash yang secara khusus menyatakannya.
Kelima, disunnahkan merukyah orang yang sakit, sebagaimana yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Terlebih lagi jika yang menjenguk itu orang yang bertakwa dan orang yang shalih, karena rukyah mereka sangat bermanfaat disebabkan keshalihan dan ketakwaan mereka.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bila ada anggota keluarganya yang menderita sakit beliau meniupnya (merukyahnya) dengan membaca Al Mu’awwidzat.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Malik)
Al Hafiz Ibnu Hajar berkata, “Yang dimaksud dengan Al Mu’awwidzat adalah dua surat (Al Falaq dan An Nas) serta Al Ikhlas.”
Keenam, wanita dibolehkan menjenguk laki-laki yang sedang sakit meskipun bukan mahramnya. Akan tetapi, dengan beberapa syarat seperti aman dari fitnah, menutup aurat, dan tidak bercampur-baur antara laki-laki dan perempuan.
Jika syarat ini terpenuhi, maka seorang wanita dibolehkan menjenguk laki-laki yang bukan mahramnya atau sebaliknya, laki-laki menjenguk wanita.
Ketujuh, tetap menjenguk orang sakit walaupun mereka dalam keadaan pingsan atau koma dan tidak sadarkan diri.
Banyak yang merasa enggan menjenguk orang sakit yang tidak sadarkan diri, seperti pingsan berulang kali atau mereka yang sedang koma. Dengan beranggapan bahwa mereka tidak tahu keberadaan orang yang menjenguk dan tidak merasakannya.
Ibnu Hajar berkata, “Hanya sebatas mengetahui antara orang yang sakit terhadap orang-orang yang menjenguknya bukan berarti syariat menjenguk itu tidak usah dilaksanakan. Karena di balik itu keluarganya akan mengetahuinya. Dan diharapkan keberkahan doa orang yang menjenguknya, dia memegang orang yang sakit, mengusap tubuhnya, dan meniupnya dengan dibacakan Al-Mu’awwidzat, dan lain-lain.”
Kedelapan, sebagian ulama memakruhkan menjenguk orang kafir, karena menjenguk orang yang sakit adalah memuliakannya. Dan sebagian ulama membolehkannya apabila dengan bersikap seperti itu dia akan masuk Islam.
Kesembilan, kapan saja dibolehkan menjenguk orang sakit, baik siang atau malam selama tidak mengganggu orang yang sedang sakit. Karena di antara tujuan menjenguk adalah meringankan beban orang yang sedang sakit dan menenangkan hatinya, bukan malah memberatkannya.
Maka waktu menjenguk baiknya disesuaikan dengan kebiasaan penduduk sekitar dan kapan saja mereka memilih waktu yang tepat untuk menjenguk dan berkunjung. Sebaiknya orang yang menjenguk jangan terlalu lama diam di sisi orang yang sedang sakit. Karena dia sedang sibuk dengan penyakitnya.
Namun, jika orang yang sakit menyukai ditemani oleh orang yang menjenguknya dan suka ditengok berulang kali, maka sebaiknya orang yang menjenguk memenuhi keinginannya karena hal itu membuat hatinya senang.
Sepuluh, ketika ajal orang yang sakit itu sudah dekat dan tampak tanda-tanda kematian, maka yang menjenguknya dianjurkan mengingatkan kepada orang yang sakit itu betapa luasnya rahmat Allah Ta’ala, dan jangan pernah merasa berputus asa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Talqinkanlah orang yang akan mati dengan kalimat laa ilaaha illallaah (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah).” (Diriwayatkan Muslim, Ahmad, At Tirmidzi, An Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Imam An Nawawi berkata, “Perintah talqin ini adalah perintah sunnah, para ulama bersepakat atas talqin ini. Mereka memakruhkan bila terlalu banyak menalqin dan berturut-turut agar dia tidak merasa bosan dan keadaannya menjadi sempit serta menambah gundah, hingga membuat hatinya tidak suka, dan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas,”
Jika wafat, bagi yang hadir dianjurkan memejamkan matanya dan mendoakannya. [Mh]
Sumber: Muslimah.or.id