RASULULLAH berseri wajahnya jika sedang gembira. Saat sedang senang tentu wajah kita pun memancarkan auranya. Begitupun dengan Rasulullah berseri wajahnya jika sedang gembira.
Baca Juga: Bumiku Sehat Aku Gembira, Ajak Anak Tahu Menjaga Bumi di 5 Benua
Rasulullah Berseri Wajahnya jika sedang Gembira
Ka’ab bin Malik Radhiyallahu Anhu berkata, “Adalah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, apabila beliau sedang gembira, wajahnya tampak berseri, sehingga seakan-akan seperti kepingan bulan purnama. Dan kami mengetahui hal tersebut darinya.” (Muttafaq Alaih)
Orang yang sedang senang atau gembira, biasanya memang akan tampak keceriaan pada wajahnya atau raut mukanya.
Namun, ada juga sebagian orang yang pandai menyimpan perasaan, tidak ekspresif, dan bersikap terlalu tenang, sehingga ketika dia gembira, tidak tampak kegembiraan.
Dan ketika dia sedih pun, orang tidak tahu bahwa dia sedang dirundung kesedihan. Sesungguhnya, sikap yang ditunjukkan Nabi ini merupakan satu contoh yang sederhana dan bagus.
Kami katakan sederhana, karena beliau mencukupkan ekspresi kegembiraannya dengan wajah ceria yang dapat dilihat oleh para sahabat bahwa beliau sedang gembira. Sehingga para sahabat pun turut gembira dengan kegembiraan Nabi.
Ekspresi yang ditunjukkan Nabi ini adalah contoh yang bagus, karena beliau menyikapi rasa gembiranya dengan wajar dan tidak berlebihan. Sebab, demikianlah seharusnya kita sebagai seorang muslim dalam menyikapi kegembiraan.
Tidak perlu berteriak-teriak, meloncat-loncat, mengatakan “yes!” dengan mengepalkan tangan, mencoret-coret baju atau tembok, dan berbagai ekspresi lain yang terkesan berlebihan. Sehingga seakan-akan kita lupa bahwa kegembiraan yang kita terima tak lain adalah nikmat dari Allah yang Dia berikan kepada kita.
Ibnu Hajar mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan “wajahnya tampak berseri, sehingga seakan-akan seperti kepingan bulan purnama,” adalah tempat yang dapat menggambarkan kegembiraan seseorang, yaitu dahinya.
Sebaliknya, kurang tepat juga jika kita mendapatkan suatu kebahagian namun kita bersikap tenang-tenang saja tanpa ekspresi. Sebab, bisa jadi hal ini menunjukkan kurangnya rasa syukur kita. Bagaimana pun juga, sekecil apa pun kegembiraan yang kita rasakan, itu adalah nikmat dari Allah Ta’ala.
Sudah sepatutnya jika kita menampakkan rasa gembira itu di wajah kita seraya mengucapkan Alhamdulillah, tanpa diiringi dengan sikap yang berlebihan.
Selain itu, sikap yang tanpa ekspresi ketika sedang gembira bisa saja membingungkan orang lain, karena mereka tidak tahu apakah kita sedang bergembira ataukah bersedih.
Kebiasaan Nabi dalam hal ini agak berbeda digabungkan dengan kebiasaan beliau yang bersujud syukur apabila mendapat kabar gembira.
Sebab, beliau melakukan sujud syukur apabila mendapatkan kabar gembira yang cukup luar biasa, yang biasanya berhubungan dengan kelangsungan agama ini dan kepentingan kaum muslimin, serta tidak selalu terjadi.
Akan tetapi, jika kegembiraan tersebut bukan merupakan sesuatu yang sering terjadi dan dianggap wajar, maka beliau tidak melakukan sujud syukur. Sebab, betapa akan seringnya orang sujud syukur setiap hari dikarenakan orang tersebut selalu bergembira setiap saat. [Cms]
(Sumber: 165 Kebiasaan Nabi, Abduh Zulfidar Akaha, Pustaka Al-Kautsar)