ChanelMuslim.com – Penjelasan terkait jamuan untuk tamu yang datang untuk takziah berlanjut dengan pertanyaan apakah diperbolehkan keluarga jenazah menyiapkan makanan untuk mereka. Selain itu, dijelaskan juga bagaimana hal yang dilarang dan yang afdal bagi orang-orang yang bertakziah.
Baca Juga: Penjelasan Menjamu Tamu yang Datang Takziah (1)
Penjelasan Jamuan untuk Tamu yang Datang Takziah
Dilansir channel telegram Majmu’ah Al-Imam Al-Fudhail Bin ‘Iyadh, Syekh Abdul Aziz Ibnu Baz rahimahullah berkata,
إكرام الضيف أمر لازم، ولا حرج في إكرام الضيف بل هو واجب، والنبي صلى الله عليه وسلم قال: «من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه » فإذا جاءهم الضيوف سواء معهم طعام أو ما معهم طعام، إذا جاءهم الضيوف ونزلوا عندهم وجلسوا إلى وقت الغداء أو العشاء وضيفوهم فلا بأس
“Memuliakan tamu merupakan perkara yang semestinya dilakukan, tidak mengapa memuliakan tamu bahkan hukumnya wajib. Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia memuliakan tamunya.’
Apabila tamu datang ke rumah keluarga yang ditimpa musibah ini baik tamu tersebut membawa makanan ataupun tidak, tamu itu datang dan singgah di tempat mereka dan duduk sampai waktu makan siang atau makan malam dan keluarga yang terkena musibah ini menjamu mereka, maka tidak mengapa.”
Kemudian, hal yang dilarang apabila situasinya seperti berikut:
إنما المكروه الذي لا ينبغي والمنكر الذي يكون من عمل الجاهلية كون أهل الميت يصنعون الطعام من مالهم للناس، يجعلون هذا مأتما للميت، يصنعون الطعام للناس، هذا هو الذي لا ينبغي، وهو من عمل الجاهلية، وقال جرير رضي الله عنه: «كنا نعد الاجتماع إلى أهل الميت وصناعة الطعام بعد الموت من النياحة »
“Hanyalah yang dibenci yang tidak semestinya dilakukan, mungkar, dan termasuk dari perbuatan jahiliah adalah keluarga yang terkena musibah membuat makanan dari harta mereka untuk orang-orang yang datang dan menjadikan hal ini sebagai ma’tam yaitu tempat berkumpul dalam rangka meninggalnya jenazah ini.
Mereka membuat makanan untuk orang-orang yang datang. Inilah yang tidak semestinya dilakukan dan ini termasuk amalan orang-orang jahiliah. Jarir radhiyallahu ‘anhu berkata,
‘Kami menganggap berkumpul di tempat keluarga jenazah yang tertimpa musibah dan mereka membuat makanan termasuk dari meratap.'”
Baca Juga: Teladan dalam Tawadhu dan Memuliakan Ulama
Hal yang Lebih Afdal
Terakhir, hal berikutlah yang akan membuat menjadi lebih afdal bagi orang-orang yang bertakziah.
والأفضل للذين يزورونهم أن يصنعوا الطعام في بيوتهم، ويبعثوه إليهم مصنوعا كاملا حتى لا يكلفهم صنعة الطعام؛ لأنهم مشغولون بالمصيبة، فالذي فعله الرسول صلى الله عليه وسلم وسنه للأمة أن جيرانهم أو أقاربهم يبعثون بالطعام مصنوعا إليهم حتى يكفوهم المؤنة، هذا هو الأفضل
“Yang afdal bagi orang-orang yang berkunjung, mereka membuat makanan sendiri di rumah-rumah mereka dan mengirimkan makanan tersebut kepada keluarga yang tertimpa musibah secara utuh sehingga tidak membebani mereka membuat makanan karena mereka saat itu sibuk dengan musibah yang terjadi.
Hal yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap umat ini adalah tetangga atau ķerabat mereka yang mengirimkan makanan yang sudah dibuat sehingga dapat memenuhi kebutuhan mereka. Inilah yang afdal.” (Fatāwā Nūrun ‘alā ad-Darb, 251).
Sahabat Muslim, semoga penjelasan di atas dapat memberi pengetahuan kita terkait bertakziah. Semoga kita tidak menyusahkan keluarga jenazah dan justru meringankan beban mereka. [Cms]