AIN HASAD NAFS. Tulisan ini disusun oleh Teh Kiki Barkiah yang meneruskan nasihat dari sahabatnya tentang ‘ain.
Bismillah. Ujian saat menjadi Orang tua adalah Lisan.
Jaga lisan agar tidak mudah memarahi, membentak dan merendahkan anak.
Pada kasus ‘Ain yang terjadi pada anak, tersangka terbanyak adalah Orang tuanya sendiri, baru kemudian kakek nenek, dan seterusnya hingga ke orang-orang di luar keluarga.
Menjadi orang tua yang menerima hadirnya anak, artinya sedang menerima amanah titipan dari Yang Menciptakan.
Fitur pada ciptaan yang dititipkan ini, suka-suka yang bikin .. lebihnya di mana dan kurangnya dimana.
Karena yang bikin yang juga pasti tahu cara memperbaiki yang kurang.
Maka, orang tua menimpakan ‘Ain pada anak ini seringnya secara enggak sadar.
Datang dari hati yang terlalu menyayangi, terlalu membanggakan (saat si anak punya banyak kelebihan) dan terlalu mengkuatirkan (saat kondisi si anak ada kekurangan).
Hingga ortu, terutama di sini kebanyakan para ibu .. seringnya enggak sadar justru menjadi orang yang paling punya andil menjadikan anak lemah atau sebaliknya.
Misal ada 1 anak yang agak kurang di antara saudaranya ..
Saking kuatirnya, maka si ibu selalu menanamkan pada anak-anaknya yang lain agar berhati-hati ngejagain saudara kandungnya.
“Kan dia lemah ..”
“Dia enggak bisa..”
“Dia paling beda dibanding kalian..”
dst dsb ..
Kalau cuma memahamkan di awal agar mereka saling menjaga, mungkin masih gpp.
Tapi jika sampai seumur hidupnya dia selalu dilabeli dengan kata-kata yang bermakna enggak baik, bukankah bisa menjadi doa buat si anak?
Baca juga: Aplikasi Anti Ain
Penjelasan tentang Ain Hasad Nafs dari Teh Kiki Barkiah
Dan Allah ada bersama sangka-sangka hamba-Nya.
Mudah-mudahan kita terus belajar memperbaiki diri dan lisan kita.
Robbanaa hablanaa minash shoolihiin.
Bismillah. Kemarin ada yang minta dijelasin bedanya ‘Ain dan Hasad.
Hasad.
Singkatnya, Hasad itu datang dari jiwa yang jahat. Yang enggak suka dengan kenikmatan yang ada pada orang lain, saking enggak sukanya hingga dia berharap kenikmatan itu lenyap dari orang tersebut.
Gambaran Hasad ini bisa dilihat dalam surat Ali Imran: 120. Bisa juga dilihat pada ayat terakhir surat Al Falaq (betapa orang yg udh ada bakat dengki, kalau udah dengki, sangat fatal dan berbahaya hingga Allaah Ta’ala menegaskan dalam surat tsb.. agar kita meminta perlindungan pada-Nya dari kejahatan orang yang dengki).
’Ain.
‘Ain yang artinya mata, ‘ain di sini bisa disebut juga wasilah, atau jembatan.
Kalau kita pernah mendengar ungkapan “mata adalah jendela jiwa”, maka dalam koridor ‘Ain, mata adalah wasilah atau jembatan dari Fikiran dan Hati.
Maksudnya apa yang terfikirkan dan dirasakan saat MELIHAT nikmat pada orang lain, dan TIDAK SELALU karena dengki, maka itu bisa menimbulkan ‘Ain pada yang ditatap.
Maka, pelaku pelempar ‘ain juga enggak selalu orang jahat. Orang sholeh, orang baik, sahabat yg menyayangi kita, kakek nenek, hingga bapak ibu kita sendiri bisa saja menjadi pelakunya.
(Dalilnya adalah Hadits ttg Sahl bin Hunaif yang tertimpa ‘ain oleh Abdullaah bin Amir, keduanya sama-sama orang yang baik).
Nah, ada 1 lagi yang bisa dimasukkan antara Hasad dan ‘Ain, yaitu Nafs.
Nafs.
Seperti kata dasarnya Nafs yaitu Jiwa .. di sini maksudnya adalah jiwa yang selalu diincar oleh syetan untuk dibisik-biski (Q.S. An Naas: 4 dan 5) agar merasa takjub dengan kenikmatan yang didapat oleh diri sendiri. Sederhananya, kita menimpakan ‘ain kepada diri kita sendiri.
Kok bisa ya? Bisa saja, manakala kita terlupa untuk menyandarkan nikmat tersebut kepada Allaah Ta’ala terlebih dahulu. Dengan kata lain, ucapkan Alhamdulillaah dulu baru kemudian mensyukuri nikmat tersebut.
Contohnya yang mungkin keliatan sepele dan bisa jadi kita masih melakukannya, walau dalam konteks main-main, misal ucapan:
“Ooohh, siapa dulu dong Mamanya ..”
“Rezeki emak sholehah..”
“Yaa kalo saya enggak nguat-nguatin diri, udah gila kali..”
Udah jelas ya?.. betapa luas dan ngerinya tentang ‘Ain ini. Lebih berbahaya daripada Sihir.
Karena Sihir itu butuh proses, butuh media, dan beberapa hal lainnya, sedangkan ‘Ain hanya sekejap mata pun bisa terjadi.
A‘uudzu bikalimaatillaahit taammaah
Min kulli syaithooniw wa haammaah
Wa min kulli ‘aynil laammaah.[ind]