MUSIBAH ibarat rem dalam kehidupan kita, sebagaimana saat kita mengendarai mobil. Mesin adalah penggerak sedangkan rem adalah penyelamat. Tentunya ketersediaan rem dalam kendaraan ini sangat penting, selain untuk mengurangi kecepatan juga untuk menghentikan kendaraan yang sedang berjalan.
Demikian musibah adalah rem yang membuat kita menghentikan tindakan kita yang telah melampaui batas atau jika diteruskan akan berakibat buruk untuk jiwa kita.
Kita diminta mengevaluasi diri dan kembali berserah kepada Allah karena ada kalanya kita lupa diri melakukan kesalahan bahkan tidak kunjung berhenti dan bertaubat.
Baca Juga: Doa ketika Melihat Orang lain Tertimpa Penyakit atau Musibah
Musibah adalah Rem Kehidupan Kita di Dunia
Lalu musibah datang, saat itulah kita cenderung memohon ampunan kepada Allah. Saat itu pula waktu yang tepat untuk bertaubat.
Musibah menjadi cara Allah mengantarkan hambanya menuju surga. Allah melatih hambanya untuk menjadi manusia yang berkualitas dengan mendatangkan musibah.
Jika seorang anak menolak untuk belajar, sedangkan orangtuanya membiarkan sang anak menuruti keinginannya tanpa memberikan arahan, motivasi, konsekuesi dan kerugian akibat tidak mau belajar.
Saat dewasa anak tumbuh tanpa memiliki keahlian yang menunjang hidupnya, ia lalu menyalahkan orangtuanya yang tidak memberikannya pendidikan, arahan, motivasi disaat dirinya dulu tidak mau belajar.
Demikian musibah adalah cara Allah mendidik hamba-Nya agar mampu menghadapi tantangan kehidupan yang akan terus ditemuinya sepanjang hayat.
Dalam surah Lukman ayat 47, Allah berfirman:
وَلَوْلَآ أَن تُصِيبَهُم مُّصِيبَةٌۢ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ فَيَقُولُوا۟ رَبَّنَا لَوْلَآ أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولًا فَنَتَّبِعَ ءَايَٰتِكَ وَنَكُونَ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ
Artinya: Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan jadilah kami termasuk orang-orang mukmin”
Ratib An-Nabulsi menafsirkan maksud dari rasul disini adalah “musibah” yang mendidik hamba-Nya agar terhindar dari azab.
Ada kalanya ajaran-ajaran yang rasul sampaikan bertentangan dengan hawa nafsu dan kebebasan kita, ini semata-mata untuk mendidik kita dari pemujaan terhadap kesenangan duniawai.
Maka dapat disimpulkan bahwa musibah sebagai rem agar kita intropeksi diri atas kesalahan-kesalahan yang kita lakukan, dan sebagai cara Allah untuk meningkatkan kualitas diri hamba-Nya.
Seseorang harus menyadari bahwa musibah ini adalah nasihat untuk dirinya sendiri. Oleh karenanya jangan pernah mencaci maki musibah karena ia berasal dari Allah, juga sebagai cara Allah mengasihi hamba-Nya. [Ln]