ChanelMuslim.com – Menikah, Antara Cinta dan Ibadah
Ibadah yang paling enak ya menikah.
Dapat bahagia, sejahtera dan berkah dunia akhirat. In syaa Allah.
Orientasi pernikahan yang utama adalah ibadah. Syukur apabila ada cinta didalamnya.
Kalau tak ada cinta?
Tanam saja “cinta dan kasih sayang”, in syaa Allah bisa panen raya.
Baca Juga: Saya Memiliki Kepercayaan Diri yang Rendah; Bagaimana Saya Akan Menikah?
Menikah, Antara Cinta dan Ibadah
Mengabdi pada Allah dalam bentuk berumah tangga adalah landasan atau pondasi paling kokoh.
Pondasi Ibadah itulah yang akan menjadi benteng pertahanan keluarga, dari berbagai tantangan kehidupan.
كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡقِتَالُ وَهُوَ كُرۡهٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.
(QS. Al-Baqarah, Ayat 216).
Berumah tangga mungkin nampak ngga enak bila kita melihat orangtua kita selalu bertengkar atau dengar saudara saudara kita bercerai.
Medan perang yang melahirkan korban.
Cobalah kita ganti cara kita melihat dan mendengar.
Tutup mata dan telinga dengan kabar buruk. Sebaliknya lihat, catat dan ingat senyum canda tawa mereka.
Adakah?
Apakah cinta jadi sebab semuanya atau rezki yang Allah turunkan pada mereka?
وَأَنَّهُۥ هُوَ أَضۡحَكَ وَأَبۡكَىٰ
dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,
(QS. An-Najm, Ayat 43).
Kalau hanya sekedar cinta sebagai alasan pernikahan maka ini sangat rapuh. Tersebab cinta itu mengalami musim.
Ada musim semi, ada musim panas dan ada musim dingin.
Atau bahkan musim hampa.
Berubah rubah dan berganti.
Kadang cinta kadang benci.
Cinta lagi, benci lagi. Kadang ilfil.
Hingga airmata tak ada lagi, tak bisa menangis lagi.
Nabi pernah berpesan, “Cintailah kekasihmu sekadarnya saja, karena boleh jadi suatu hari nanti dia akan menjadi sesuatu yang engkau benci, dan bencilah sesuatu yang tidak engkau sukai sekadarnya saja, karena boleh jadi suatu hari nanti dia akan menjadi sesuatu yang engkau cintai.”
(HR Bukhari).
Ada seorang Ibu setelah bersalin anak pertama, benci pada suaminya. Bahkan kapok nggak bakalan mau melahirkan lagi.
Bagiku itu aneh tapi nyata. Bukankah sakitnya bersalin adalah buah dari cintanya? Setiap cinta menghasilkan buah.
Ada yang manis ada juga yang tidak.
Setelah sakit pasti ada masa bahagia.
Melihat rezki berupa bayi mungil yang mengundang selera untuk memeluknya. Menumpahkan segala bahagia.
Cinta saja tidak bisa dijadikan landasan.
Cinta saja juga tidak bisa jadi alasan untuk sebuah perceraian.
Harus ada alasan lain.
Alasan lain yang paling kuat dan bisa dipertanggungjawabkan ialah “ibadah”.
Ibadah dalam cinta atau cinta dalam ibadah mungkin punya rasa berbeda, meski akhirnya bisa bergabung di penghujung masa.
In syaa Allah bisa jadi sakinah mawaddah wa rahmah.
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦ خَلۡقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفُ أَلۡسِنَتِكُمۡ وَأَلۡوَٰنِكُمۡۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّلۡعَٰلِمِينَ
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu.
Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
(QS 30 ayat 21 dan 22).
Wallahu’alam.
Catatan Ustazah Kingkin Anida di akun Facebook pada 7 Juni 2020 pukul 08.57