ChanelMuslim.com – Sebagian masyarakat kini semakin gelisah dengan kondisi pandemi yang belum juga berakhir. Segala kekalutan yang diakibatkan oleh pandemi semakin membuat mereka ketakutan. Menenangkan jiwa disaat-saat ini adalah cara paling tepat setelah berbagai upaya telah dijalankan.
Dalam surah Al-Baqarah ayat 38 Allah berfirman:
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (38)
“Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
Perhatikan kalimat yang ditebalkan.
Siapa yang mengikuti petunjuk Allah maka ia tidak akan diliputi oleh ketakutan dan kesedihan. Menurut Asy-Sya’rawi kata Khauf (خَوْفٌ) bermakna ketakutan atas terjadinya suatu keburukan di kemudian hari, dan tidak ada kemampuan bagi kita untuk mencegahnya.
Maka untuk mengatasi ketakutan yang seperti ini, yaitu terjadinya hal-hal buruk di masa mendatang, dapat di atasi dengan mengikuti petunjuk atau syari’at Allah (فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ: Barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku).
Baca Juga: Pentingnya Paradigma yang Benar dalam Memandang Situasi Pandemi
Menenangkan Jiwa Pada Pandemi yang Tak Jua Bertepi
Dalam hal pandemi saat ini, ketika kita telah melaksanakan segala cara, mulai dari taat protokol kesehatan, social distancing, sampai pada upaya vaksinasi, namun pandemi tak kunjung berakhir. Itu artinya kita telah melaksanakan syari’at. Segala hal yang dikerjakan untuk menghilangkan keburukan adalah syari’at.
Oleh karena itu mengikuti syari’at disini adalah suatu kewajiban, sedangkan hasil akhir yang akan kita terima, apakah kita akan terpapar atau tidak, apakah pandemi akan berakhir cepat atau lambat adalah urusan Allah. Tugas kita hanya menjalankan syari’at.
Di dalam tafsir Asy-Sya’rawi disebutkan “Siapa yang mengikuti manhaj (Allah) maka ia tidak akan takut kejadian apapun selamanya.” Seorang mukmin yang telah melaksanakan kewajibannya dengan menjalan syari’at, dalam hal ini syari’at untuk mencegah tersebarnya virus, tidak sepatutnya takut dan gelisah karena hasil akhir bukan lagi tugas kita.
Kita diciptakan oleh Allah dengan tujuan mengabdi. Maka di luar urusan mengabdi ini kita tidak mempunyai kuasa. Lalu pertanyaannya, apakah manusia tidak boleh bersedih dan takut? Jawabannya boleh, namun keimanan harus mengiringinya. Ketakutan terkadang datang bukan atas kemauan kita, namun keimanan membutuhkan dorongan dari dalam jiwa kita sendiri.
Saat ketakutan datang dan keimanan mengiringinya, maka ketenangan akan memimpin kita. Hukum sebab akibat di dunia ini tetap berlaku. Keyakinan kita pada Allah setelah menjalankan syari’at sama seperti keyakinan kita pada hukum sebab akibat yang natural, seperti saat menyentuh api pasti akan merasakan panas. Maka saat kita telah menjalankan syari’ah, Allah pasti akan mendatangkan kebaikan.
Ada sebuah perkataan “Semakin kita tak berdaya dihadapan Allah semakin digdaya kita di hadapan permasalahan dunia.” Artinya, semakin kita mengabdi kepada Allah semakin kita tenang mengatasi segala kesulitan. [Ln]