MENCINTAI Rasul memenuhi haknya.
Peringatan Maulid Nabi banyak digelar dengan berbagai cara. Peringatan akan hari lahir Nabi terakhir kita Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wassalam.
Rasul sendiri tentu tidak memperingati hari lahir sebagaimana orang Yahudi dan nasrani memperingatinya. Kecintaan pada Rasul yang membuat para umatnya kemudian memperingati maulid dengan berbagai cara sepeti shalawat bersama, kajian dan acara lainnya.
Tetapi sungguh segala amal dan perbuatan bergantung pada niat dan bentuk seremonial dan berlebihan bukanlah perilaku seorang muslim. Kita dapat memperingati maulid dengan memenuhi hak nabi terhadap umatnya.
Keluarga muslim, sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki hak yang sangat besar atas umatnya. Karena beliau adalah sebab kita dihidupkan Allah azza wa jalla sesudah kematian, dan diberikan hidayah sesudah kesesatan.
Semua hati berada di dalam kegelapan, kecuali hati yang disinari oleh cahaya risalah dan kenabian beliau. Maka pada kesempatan kali ini, ada baiknya pembahasan kita berkenaan tentang kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kewajiban pertama atas umat ini, setelah meyakini kenabian beliau adalah mencintai beliau, cinta yang benar-benar tumbuh dari hati yang suci.
Baca Juga: Mencintai Rasul Memenuhi Haknya (2)
Mencintai Rasul Memenuhi Haknya (1)
Bahkan wajib hukumnya untuk mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi cinta kita kepada orang tua, anak, istri, bahkan seluruh manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sehingga dia mencintaiku melebihi daripada cintanya kepada orang tua, anak, bahkan manusia seluruhnya”. (HR. Bukhari bab Hubbur rasuul shallallahu ‘alaihi wa sallam minal iimaan).
Di antara tanda kebenaran cinta seseorang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah keinginan mereka untuk dapat melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Seperti sabda beliau di dalam shahih Muslim:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Yang paling cinta kepadaku di antara umatku adalah orang-orang yang hidup sesudahku, di mana salah seorang di antara mereka ingin melihatku walau harus mengorbankan keluarga dan harta benda.” (HR. Muslim bab Fii man yawaddu ru’yatan nabiyyi shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Kalau kita mau merenungkan sejenak, bagaimana kecintaan sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada beliau, niscaya akan kita dapatkan suatu kenyataan yang sangat mengagumkan sekali, di mana salah seorang di antara mereka tidak dapat tidur nyenyak hanya untuk menunggu waktu shalat subuh sehingga dia dapat melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Suatu contoh yang lain, di mana salah seorang di antara mereka rela mengorbankan jiwa dan raganya, menghadapi kilatan pedang dan tombak, hanya untuk melindungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, salah seorang di antara mereka berkata:
“Wahai Rasulullah! Dadaku adalah tameng bagi dadamu, begitu juga leherku adalah tameng bagi lehermu.” (HR. Bukhari 3811, Muslim 1811).
Di dalam shahih Bukhari terdapat kisah Khubaib bin Abdillah Al-Anshary yang ditawan oleh kaum musyrikin, ketika hendak membunuhnya, mereka berkata:
“Bagaimana menurutmu, apabila engkau bebas dan berada di antara harta dan keluargamu, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada pada posisimu saat ini? Maka dia pun berkata: lebih baik saya mati, daripada harus melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertusuk walau oleh sebuah duri.” (HR. Bukhari 3045, Thobroni di dalam Al-Mu’jamul Kabir).
Keluarga muslim, beginilah cinta sejati kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beginilah para salaf mencintai Rasulullah.
Salah seorang di antara mereka, apabila teringat Rasulullah maka mata mereka akan berlinang air mata.
Di antara mereka ada yang berwudu’ sebelum menyampaikan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan ada yang memerintahkan untuk diam ketika dibacakan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana mereka diam ketika mendengarkan ayat-ayat Allah.[Sdz]
Sumber: muslim.or.id