APA makna haji bagi seorang Muslimah?
Menyambung dari laman sebelumnya, bahwa Hajar berlari mati-matian di antara dua gunung itu tujuh kali, berharap mendapat bantuan.
Atas perintah Tuhan, mata air secara ajaib muncul dari dalam tanah air suci yang dikenal sebagai Zamzam
Berlari Hajar di antara pegunungan kini telah menjadi salah satu bagian terpenting dari ibadah haji karena jutaan peziarah Muslim menelusuri kembali jejaknya.
Awalnya seorang budak dari Mesir tanpa status, ketenaran, atau kekayaan, Hajar memiliki keyakinan yang mendalam kepada Tuhan, dan warisannya terus membuat jutaan wanita dan pria mengikuti jejaknya hingga hari ini.
Ribuan tahun setelah perjalanan Hajar, pada tahun 613 M, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyeru orang-orang kafir untuk masuk Islam ketika beliau memberi mereka seruan dari gunung Al Safa.
“Jika aku memberitahumu bahwa ada pasukan di sisi lain, apakah kamu percaya padaku?” Nabi Muhammad sempat bertanya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
“Tentu saja. Anda dapat dipercaya dan jujur. Kami selalu mempercayaimu,” jawabnya.
Namun, ketika ia mendeklarasikan dirinya sebagai Utusan Allah, banyak penduduk Mekkah yang mencelanya.
Kerabatnya sendiri mengutuk dan mengejeknya, serta memaksanya meninggalkan kota.
Setelah Islam menyebar, Nabi Muhammad kembali ke Al Safa dua dekade kemudian, dikelilingi oleh ribuan orang beriman.
Sejak itu, jutaan umat Islam berkumpul di sana untuk mengekspresikan iman mereka dan tunduk pada kehendak Tuhan.
Baca juga: Makna Haji Bagi Seorang Muslimah (1)
Makna Haji Bagi Seorang Muslimah (2)
Meski bersama teman-temannya, Fahriye mengatakan dia sering memilih menyendiri selama haji, karena percaya bahwa hal itu mencerminkan hubungan dekat Hajar dengan Tuhan, jauh dari gangguan duniawi.
“Saya merenungkan hubungan Hajar dengan Allah. Apakah kepercayaan dan ketundukannya yang tak tergoyahkan karena dia sendirian? Apakah karena dia menjauhi obrolan duniawi yang mengalihkan perhatiannya dari beribadah kepada Allah?”
Dia menemukan hiburan dalam tawaf, tindakan mengelilingi Ka’bah tujuh kali selama ibadah haji, ketika jutaan orang bergerak bersama ke arah yang sama, dan menggambarkan bagaimana ritual ini menjauhkannya dari gangguan duniawi.
“Di tengah keramaian, kamu mungkin kehilangan dirimu sendiri, namun di tengah pusaran cinta (tawaf), kamu menemukan jati dirimu. Bahkan jika itu adalah ritual yang Anda lakukan berulang kali, setiap kali membawa kondisi spiritual yang berbeda. Ini mematahkan kemonotonan dan siklus kehidupan pribadi,” katanya.
“Saya membiarkan diri saya mengalir seperti air. Inilah hakikat haji. Gelar, ciri-ciri, identitas, label, status, pangkat, ras semuanya memudar di sini. Tidak peduli siapa Anda. Di sini, kamu hanyalah tamu Allah, sama seperti Hajar.”
“Saya mulai percaya bahwa tempat ini bukanlah dunia yang saya tinggali.”[Sdz]