ChanelMuslim.com – Penjelasan Madrasah Al Yusufiyyah menjadi sejarah awal sebelum berdirinya Universitas Granada berlanjut dengan nama beberapa tokoh Islam yang pernah belajar maupun mengajar di Granada (termasuk di Madrasah al-Yusufiyyah) dalam berbagai disiplin ilmu.
Mereka adalah Abu al-Hasan Ali bin Muhammad al-Gharnathi/Ibn al-Yayyab (w. 1349), Abu Abdillah Muhammad Ibn Fakhkhar al-Albirri (w. 1353), Abu Abdullah Muhammad bin Ibrahim (w. 1353), Lisanuddin Ibn al-Khatib (w. 1374), Abu Abdullah Muhammad Ibn Marzuq al-Tilimsani (w. 1379).
Baca Juga: Madrasah Al Yusufiyyah jadi Sejarah Awal Sebelum Berdirinya Universitas Granada (1)
Tokoh-tokoh Islam Lainnya
Kemudian, ada Yahya Ibn Hudhayl (w. 1380), Abu Said Faraj bin Lubb al-Tha’labi (w. 1381), Abu al-Qasim Ibn Ridwan al-Malaqi (w. 1382), Abu Isḥaq Ibrahim bin Musa asy-Syathibi/Imam asy-Syathibi (w. 1388, Penulis Kitab al-Muwafaqat dan al-I’tisham), Abu Zayd Abdurraḥman Ibn Khaldun (w. 1406, penulis Kitab Muqaddimah).
Selain itu, ada juga Abu Bakar Muḥammad Ibn Asim al-Gharnathi (w. 1426), Abu Abdullah Muhammad as-Saraqusti (w. 1461, Mufti Agung Granada), Muḥammad al-Jazuli (w. 1465), Abu Abdullah Muḥammad Ibn al-Azraq (w. 1491, Qadi Granada dan Yerusalem), Abu Abdullah Muhammad al-Mawwaq (w. 1492, Qadi dan Mufti Agung Granada terakhir), dan lain-lain.
Terdapat beberapa Muslim Mudéjar dan Yahudi asal kerajaan-kerajaan Katholik (Aragon dan Castile), yang juga menimba ilmu di Granada.
Seperti Muhammad ash-Shafra al-Qirbilyani (w. 1360), asal Crevillente/Alicante, Kerajaan Aragon (penulis Kitab al-Istiqsa/risalah tentang penyakit tumor) dan Muhammad as-Saquri dari Segura/Jaen, Kerajaan Castile (w. 1369), yang keduanya kelak menjadi dokter terkenal di Granada, maupun Muslim Mudéjar asal Valencia (Aragon) yang pergi ke Granada untuk mempelajari bahasa Arab pada 1476.
Mereka berasal dari wilayah Andalusia yang telah hilang dari kekuasaan Umat Muslim, lalu memutuskan untuk pergi belajar ke Granada yang masih berstatus wilayah Islam.
Hal ini disebabkan karena ulama, ilmuwan dan sarjana Muslim masih banyak disana, serta ilmu yang ingin dipelajari jauh lebih memadai.
Ada juga beberapa Yahudi yang menjadi dokter terkenal di Granada, misalnya Isaac Hamón, dokter pribadi Sultan Abu al-Hasan Ali (1464-1482, 1483-1485), dan putranya, Moses Hamón, yang menjadi dokter Sultan Bayazid II dari Dinasti Utsmaniyah di Istanbul, setelah pengusiran Yahudi dari Spanyol (1492) oleh Raja Ferdinand II dan Ratu Isabella I.
Baca Juga: Umat Muslim Penuhi Masjid Granada Selama Bulan Ramadhan
Berdirinya Universitas Granada
Setelah Penaklukan Granada oleh Castile-Aragon (2 Januari 1492), Madrasah Al Yusufiyyah masih tetap beroperasi hingga akhir 1499.
Kemudian, semuanya berubah setelah Kardinal Fransisco Jiménez de Cisneros (Qamnish), Uskup Agung Toledo, menggantikan Archbishop Hernando de Talavera yang dikenal toleran kepada Muslimin sebagai Uskup Agung Granada.
Setelah berhasil memperoleh restu Ratu Isabella I, ia memulai upaya konversi agama secara paksa kepada Umat Muslim dan mendirikan Mahkamah Inkuisisi di Granada.
Tindakannya tersebut memicu kerusuhan publik di al-Bayyazin (Albaicín), Granada, pada Desember 1499.
Sebagai balasannya, Kardinal Cisneros memerintahkan Mahkamah Inkuisisi untuk merampas seluruh kitab-kitab agama (Al-Qur’an dan Hadits) maupun buku-buku ilmu pengetahuan berbahasa Arab lainnya dari perpustakaan Madrasah al-Yusufiyyah dan seluruh rumah penduduk Muslim Granada.
Sekitar 5.000-80.000 kitab dan buku lalu dibawa ke Lapangan Bab ar-Ramlah (Bib-Arrambla) untuk dibakar di depan publik dalam api unggun yang berkobar.
Hanya kitab-kitab kedokteran dan obat-obatan beserta sebagian kecil filsafat dan sejarah yang tidak dimusnahkan, lalu dikirim ke Universitas Alcalá de Henares di Madrid.
Hal ini memicu terjadinya “Pemberontakan Alpujarras Pertama” oleh Umat Muslim Granada (1499-1501), yang berakhir dengan kekalahan dan konversi massal secara paksa seluruh Umat Muslim di Granada ke Agama Katholik pada 1501 atas perintah Ratu Isabella I.
Madrasah al-Yusufiyyah ditutup sejak Januari 1500 dan dialihfungsikan menjadi Gedung Casa del Cabildo (balai kota) yang baru oleh Raja Ferdinand II hingga abad ke-19.
Pada 1531, “Universitas Granada,” didirikan oleh Kaisar Charles V/Raja Carlos I untuk menghidupkan kembali kegiatan keilmuan di Granada, sekaligus menggantikan Madrasah al-Yusufiyyah yang sudah tidak beroperasi lagi.
Sejak 1976, bangunan bekas madrasah ini menjadi milik Universitas Granada.
Kini Madrasah al-Yusufiyyah menjadi museum kampus sekaligus bangunan lambang dari universitas tersebut.
Sumber:
Luca Mattei. 2008. Study of the Madrasah of Granada in the Light of the Material Culture and of Scientific Methods used in the Intervention of 2006. University of Granada.
Philip K. Hitti. 2008. History of the Arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.