ChanelMuslim.com – Lockdown Maksiat dan Perbanyak Taat, oleh: K.H. Bachtiar Nasir
Pada tulisan ini, akan dibahas mengenai tadabbur surah Al-Mu’minun ayat 76. Ayat ini membicarakan tentang apa yang harus dilakukan ketika sedang turun wabah atau pandemi sebagaimana yang terjadi saat ini.
Allah berfirman:
وَلَقَدْ أَخَذْنَاهُمْ بِالْعَذَابِ فَمَا اسْتَكَانُوا لِرَبِّهِمْ وَمَا يَتَضَرَّعُونَ
“Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri.” (QS. Al-Mu`minun [23]: 76)
Baca Juga: Sydney akan Longgarkan Pembatasan Lockdown COVID-19
Lockdown Maksiat dan Perbanyak Taat
Poin pertama, saat ditimpa azab, mereka tidak tunduk kepada Allah. Malah bermaksiat kepada-Nya. Perhatikan quote (petikan kata) menarik dari ulama, khususnya Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘anhu. Kata beliau:
إِنَّ الْهَلَكَةَ كُلَّ الْهَلَكَةِ أَنْ تَعْمَلَ عَمَلَ السَّوْءِ فِي زَمَانِ الْبَلَاءِ
“Sungguh merupakan kehancuran yang dahsyat jika kamu melakukan kemaksiatan (kepada Allah) di saat ada bencana.” (R. Ibnu Abi Syaibah)
Kedua, kita bermohon kepada-Nya dengan penuh kehinaan dengan penuh merendahkan diri. Jadi yang harus kita lakukan adalah memperbanyak ketaatan, perbuatan-perbuatan baik mulai dari yang paling penting seperti: menjaga hati dari berbagai macam maksiat khususnya maksiat tersembunyi di dalam hati.
Di antara contoh maksiat tersembunyi yang terkadang tidak kita rasakan adalah pengingkaran terhadap takdir saat terjadi pandemi seperti saat ini yang bersifat global. Apalagi jika takdir itu menimpa diri kita sendiri.
Dalam situasi seperti ini, yang harus kita lakukan pertama kali adalah meridai setiap takdir-takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Apapun itu, walaupun menurut kita ini sangat menyakitkan dan rasanya membawa bencana. Tetapi, yang harus kita lakukan pertama kali adalah meridai semua takdir-takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala sampai kepada bentuk ekspresi.
Jangan sampai ada unsur penentangan terhadap takdir ini. Baik itu dengan kata-kata, apalagi dengan perbuatan yang menantang misalnya banyak di antara kita yang mengatakan: “Saya tidak takut kepada pandemi ini, Saya takut hanya kepada Allah.” Benar tidak salah. Tetapi jangan sampai ada kesombongan di dalam hati saat mengatakan itu dan dalam perilaku juga jangan tunjukkan bahwa kita sedang menentang adanya pandemi ini.
Sebagai contoh, dalam kondisi seperti ini harusnya kita tidak berkumpul dalam bentuk massal atau berkerumun banyak orang. Meskipun itu dalam bentuk ibadah atau bentuk pengajian. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang memberikan aturan-aturan lewat lisan Rasul-Nya sebagaimana riwayat yang masyur yang sudah kita dengar bahwa:
الطَّاعُونُ آيَةُ الرِّجْزِ، ابْتَلَى الله عَزَّ وَجَلَّ بِهِ نَاسًا مِنْ عِبَادِهِ، فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ، فَلَا تَدْخُلُوا عَلَيْهِ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا، فَلَا تَفِرُّوا مِنْهُ
“Tha’un (penyakit menular atau wabah) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” Dan Hadits Qutaibah seperti itu juga.” (HR. Muslim)
Jadi, ketika kita berada di wilayah pandemik, jangan keluar lari dari wilayah itu dan yang masih di luar jangan pula masuk. Tentu ini kaitan tentang isolasi. Begitu juga bahwa ketika kita berada di wilayah pandemi.
Dalam sejarah, disebutkan bahwa para sahabat yang bertakwa juga wafat gara-gara terdampak wabah. Bahkan diriwayatkan di antaranya Panglima Besar Islam yaitu Abu Ubaidah Al-Jarrah. Beliau pada akhirnya wafat terserang sakit akibat pandemi dan meninggal dunia di Syam.
Karena itulah, kita tidak bisa mengatakan bahwa kalau ada orang wafat akibat pandemi berarti bermaksiat. Sebagai mana para sahabat yang wafat pada saat itu dan sebagaimana ketika Bilal bin Rabah bersama Abu Bakar juga terserang pandemi demam di Madinah ketika berhijrah pada saat itu.
Oleh karena itu, jangan terlalu cepat menyimpulkan dan bukan kemudian kalau ada orang yang sehat berarti dia baik belum tentu Allah punya cara dalam menyiksa orang-orang yang sombong. Biasanya diberikan kesempatan dengan semua kesombongannya tapi puncaknya dia akan dibuat putus asa oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Jadi, di saat seperti –berdasarkan inspirasi ayat di atas—yang perlu dilakukan terutama saat pandemi adalah tunduk kepada Allah, merendahkan diri kepada-Nya, lockdown maksiat, jangan sombong dan perbanyak berbuat taat.[ind]