KOTA bawah tanah, ditulis oleh Uttiek M. Panji Astuti (13/11/2023). Israel membombardir kamp pengungsian Tel al-Zaatar, yang letaknya di sekitar halaman RS Indonesia di Gaza.
Relawan dari lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) menyampaikan Israel masih terus melancarkan serangan sejak Senin (6/10).
“Kami sudah beberapa kali mendengar serangan-serangan tersebut,” kata Fikri, seorang relawan MER-C yang menyampaikan laporannya dari Gaza.
Fikri menjelaskan, kamp pengungsian Tel al-Zaatar yang diserang zionis berada dekat dengan RS Indonesia. Serangan tersebut menimbulkan banyak korban luka yang dilarikan ke RS Indonesia. [Republika, 13/11].
Sebagaimana fasilitas kesehatan lainnya di Gaza yang dijadikan target serangan zionis, RS Indonesia juga dituduh memiliki ruang bawah tanah yang digunakan sebagai tempat perlindungan para pejuang Palestina.
MER-C, selaku pihak yang menginisiasi pembangunan RS Indonesia segera membantah klaim
juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Dan*el Ha**ri.
baca juga: Sahabat Yatim Bagikan Ribuan Porsi Makanan untuk Rakyat Gaza
Kota Bawah Tanah
“Kita membantah tuduhan itu. Kita membangun RS Indonesia dalam konteks yang benar-benar profesional, sesuai kebutuhan masyarakat Gaza, ketika itu dan saat ini. Apa yang dituduhkan Israel merupakan pra-kondisi untuk melakukan serangan ke RS Indonesia,” tegas Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Dr. Sarbini Abdul Murad dalam konferensi pers di Jakarta.
Israel kian frustrasi, karena sudah 36 hari sejak dimulainya perang Taufan Al Aqsha tak kunjung menemukan simpul terowongan bawah tanah yang digunakan para pejuang Palestina.
Konon terowongan itu panjangnya telah mencapai 200 km, berputar-putar seperti labirin yang akan membuat siapa saja “hilang” di dalamnya, kecuali tentu saja, para pejuang Palestina.
Ibarat Gaza memiliki underground city alias kota bawah tanah.
View this post on Instagram
Membayangkan itu, ingatan saya lalu melayang ke kota Cappadocia di Turkiye. Iya, Cappadocia yang “It’s my dream” itu!
Cappadocia memiliki kota bawah tanah yang dihuni manusia sejak ribuan tahun lalu. Kini, lokasinya dijadikan museum terbuka atau Goreme Milli Parki (Taman Nasional Goreme).
Kota bawah tanah itu digunakan sebagai tempat perlindungan pada masa Byzantium.
Untuk masuk ke dalamnya, kita harus berjalan kaki masuk ke “gua” dan menyusurinya dengan jalan membungkuk, ngesot, sesekali harus berhenti karena menunggu orang lain lewat.
Lorong-lorong yang ada hanya muat untuk satu orang. Atapnya sangat rendah karena dahulu dibangun dengan cara menggali tanah sedalam 200 meter.
Sebenarnya kota ini memiliki delapan tingkat ke bawah, namun baru empat lantai yang berhasil diekskavasi. Sisanya, masih dalam proses pengerjaan.
Terlihat bekas ruang makan, ruang tidur, dapur yang ditandai dengan jelaga yang memenuhi atapnya, ruang kumpul bersama yang luas, dan sebagainya.
Saya yang agak Claustrophobia, sempat beberapa kali merasa sesak napas, manakala melewati lorong yang atapnya sangat rendah dan gelap.
Tak terbayangkan seperti apa keteguhan iman dan hati para pejuang Palestina itu, sehingga selama berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun, berada di bawah tanah untuk mempersiapkan segalanya dengan sangat rapi dan sempurna, hingga menghentak dunia pada 7 Oktober.
“Jaga wudhumu, tak lama lagi kita akan shalat berjamaah di Masjid Al Aqsha,” pesan A*u Ub*i*a.
Pesan itu tidak hanya ditujukan pada para pejuang dan rakyat Palestina semata. Pesan itu untuk umat Islam di seluruh dunia.[ind]