Drs. KH. Anwar Sadat, M.Ag. menyampaikan khutbah Jumat tentang menjadikan setiap amalan bernilai ibadah. Jamaah Jumat rahimakumullah. Alhamdulillah. Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah subhanahu wata’ala yang dengan nikmat dan hidayahnya kita bisa berkumpul di tempat yang mulia ini untuk melaksanakan ibadah shalat Jumat.
Baca Juga: Khutbah Jumat Tentang Merenungkan Masa Lalu untuk Menatap Masa Depan
Khutbah Jumat Tentang Menjadikan Setiap Amalan Bernilai Ibadah
Shalawat dan salam marilah selalu kita sampaikan kepada nabi yang agung, nabi yang mulia yakni baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang jika bukan karenanya tidaklah dunia dan isinya tercipta, jika bukan karenanya tidaklah umat manusia akan masuk surga.
اللهـم صلى على سيدنا محمد و على اله واصحا به وسلم
Mudah-mudahan kita semua mendapatkan syafaatnya dihari kiamat nanti. Amiin.
Kemudian pada kesempatan ini, khatib berpesan marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Ketakwaan yang tidak hanya diucapkan pada lisan namun juga ditunjukkan dengan perbuatan. Ketakwaan yang akan menjadikan kita mulia disisi Allah.
… اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗ …
Artinya : “Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa” (QS. al-Hujurat: 13).
Jamaah Jumat rahimakumullah.
Bertambahnya tahun, bertambahnya usia, maka pada hakikatnya semakin bertambah dekat pula kita dengan kematian. Sudah siapkah kita menghadapi kematian? Sudah cukupkah bekal kita untuk menghadap Allah? Maka dari itu, perbanyaklah amal ibadah, perbanyaklah berbuat kebaikan, jauhi segala dosa dan maksiat sebagai bekal nantinya kita menghadap Allah.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ ١٨
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Hasyar: 18).
Jamaah Jumat rahimakumullah.
Untuk mempersiapkan bekal menghadapi kematian kita harus memperbanyak amal ibadah kepada Allah. Baik itu amalan yang sifatnya wajib maupun sunnah, amalan yang dikerjakan harian, mingguan, bulanan maupun tahunan tanpa melihat besar dan kecilnya amalan tersebut selama kita telah mukallaf, masih sehat dan tidak memiliki udzur maka amalan tersebut harus kita kerjakan.
Namun amalan yang kita kerjakan janganlah sampai sia-sia. Sungguh rugi jika kita telah mengorbankan waktu, tenaga bahkan biaya namun amalan yang dikerjakan sia-sia tanpa bernilai ibadah dan tanpa pahala.
Untuk itu, agar amalan yang kita kerjakan tetap terhitung sebagai ibadah dan bernilai pahala maka ada beberapa hal yang mesti kita perhatikan.
Niat
Niat adalah sesuatu yang kita maksudkan dari apa yang kita kerjakan yang terlintas dan tertanam didalam hati kemudian terwujud dalam bentuk perbuatan. Niat menjadi dasar utama atas perbuatan kita. Begitu pentingnya peran niat sehingga satu amalan yang sama bisa menjadi besar atau kecil, bernilai ibadah atau tidak, menghasilkan pahala atau sia-sia tergantung pada niat orang yang melakukannya.
اِنَّمَا الأ عمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِگُلِّ امريءٍ ما نَوَى
Artinya : “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niat dan setiap orang akan mendapatkan seperti apa yang dia niatkan” (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, agar semua amalan yang kita kerjakan bernilai ibadah disisi Allah serta mendapatkan pahala maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah memperbaiki niat. Niat yang baik tentu akan menjadikannya bernilai ibadah namun sebaliknya niat yang buruk justru akan merusak nilai dari amalan tersebut.
Sebagai contoh: orang yang shalat dengan niat menjalankan kewajiban dan melaksanakan perintah Allah maka amal nya akan dianggap sebagai ibadah namun sebaliknya jika ia shalat dengan niat riya untuk diperlihatkan kepada orang lain bahwa ia orang yang rajin shalat maka niat itu akan merusak amalnya.
Jamaah Jumat rahimakumullah.
Adapun yang kedua yang harus kita perhatikan adalah keikhlasan dalam mengerjakan segala amalan. Niat memang penting karena menajadi dasar dalam berbuat namun dalam pelaksanaanya haruslah dibarengi dengan keikhlasan. Ikhlas adalah dimana saat kita mengerjakan sesuatu semata-mata karena Allah, tanpa paksaan, tanpa tekanan dan tanpa mengharapkan balasan dari orang lain kecuali balasan dari Allah subhanahu wata’ala.
وَّادْعُوْهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۗ كَمَا بَدَاَكُمْ تَعُوْدُوْنَۗ ٢٩ …
Artinya : “Dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan.” (QS. al-A’raf: 29)
Niat dan ikhlas adalah dua perbuatan hati yang orang lain tidak akan tahu kecuali kita sendiri. Kita sendirilah yang bisa menentukan apakah niat kita baik atau buruk, apakah kita ikhlas atau tidak.
Maka jangan berkecil hati dengan ibadah yang kita lakukan. Ketika kita miskin, jangan berkecil hati jika tidak mampu bersedekah sebanyak orang kaya. Ketika kita hanya orang biasa, jangan berkecil hati jika ibadah kita tidak sebanyak orang alim. Perbaiki saja niat dan keikhlasan dalam beramal maka hanya Allah lah yang tahu yang menentukan balasan kepada hamba-Nya.
Imam Al-Ghazali pernah menceritakan didalam kitabnya Ihya Ulumuddin:
Pada suatu masa terdapat kaum yang mentuhankan pepohonan, mereka menyembah dan memujinya. Diantara kaum tersebut ada seorang ahli ibadah yang rajin beribadah kepada Allah. Maka pada suatu hari dengan perasaan marah atas perbuatan kaumnya ia hendak menebang pohon yang menjadi sesembahan tersebut.
Di tengah perjalanan ia di hadang oleh iblis yang menjelma menjadi seorang lelaki tua. Iblis itu pun menggodanya untuk tidak menebang pohon tersebut bahkan iblis menantang walaupun ia menebang pohon itu maka kaumnya tetap akan mencari pepohonan yang lain.
Mendengar omongan iblis tersebut, ahli ibadah itupun marah dan memukul iblis hingga jatuh tersungkur. Namun iblis tidak menyerah, ia tetap menggoda dengan bujuk rayunya. Iblis berkata. Wahai ahli ibadah, engkau bukan seorang nabi dan engkau hidup dalam kemiskinan, tinggalkan sajalah niatmu untuk menebang pohon pasti nanti akan ada orang lain yang menebangnya.
Aku menjamin jika engkau tetap beribadah maka akan ada uang yang datang kepadamu. Ahli ibadah itu pun tergoda. Akhirnya ia pulang dan beribadah kepada Allah dan sesuai janji iblis pada paginya ia menemukan uang dua dinar didepan rumahnya.
Hal ini terjadi selama dua hari namun pada hari yang ketiga iblis tidak lagi menepati janji. Ia tidak lagi menemukan uang di depan rumahnya. Hal ini membuat ia marah dan kembali pergi untuk menebang pohon sesembahan.
Seperti sebelumnya kali ini pun ia dihadang oleh iblis dan dengan perasaan marah ia memukul iblis tersebut namun yang terjadi sungguh diluar dugaan ternyata malah ia yang kesakitan dan jatuh tersungkur.
Ahli ibadah itu keheranan dan ia bertanya mengapa kemarin dia menang sedangkan hari ini justru ia yang kalah. Iblis berkata, kemarin engkau menang karena niatmu benar dan ikhlas untuk menegakkan agama Allah.
Namun, hari ini niatmu sudah rusak karena kemarahanmu muncul setelah tidak lagi mendapatkan uang dariku.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Begitulah, betapa pentingnya niat dan keihlasan kita dalam beramal. Semoga kita semua menjadi hamba Allah yang taat dalam menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya dengan niat yang baik serta penuh keikhlasan. Aamiin. [Cms]
Sumber: Istiqlal.or.id