ChanelMuslim.com- Mata uang menjadi faktor penting dalam tingkat stabilitas ekonomi sebuah negara. Sayangnya, fondasi mata uang saat ini begitu rapuh.
Suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadiahkan uang satu dinar kepada seorang sahabat yang akan menikah. Uang satu dinar itu disarankan Rasul untuk dibelikan seekor kambing.
Diharapkan dari satu ekor kambing itu, akan ada pesta resepsi kecil untuk merayakan pernikahan sang sahabat.
Berapa sih nilai satu dinar emas itu? Satu dinar emas senilai 4,25 gram emas. Di Indonesia nilainya sekitar 3,6 juta rupiah.
Perhatikan nilai tukar satu dinar emas itu. Di masa Rasulullah satu dinar senilai satu ekor kambing. Saat ini yang sudah puluhan abad berlalu, nilainya masih sama. Yaitu, satu ekor kambing.
Dengan kata lain, tidak ada nilai inflasi dari uang dinar. Hal itu karena nilai emas lebih stabil dari ukuran nilai yang lain.
Dipaksa ke Mata Uang Dolar
Di masa awal kemerdekaan negara-negara dunia, mereka menetapkan nilai mata uang masing-masing negara dengan ketersediaan emas mereka.
Sayangnya, sejak tahun 70-an, bank dunia yang dimotori Amerika menghapus ketentuan itu. Nilai mata uang masing-masing negara pun menjadi sangat relatif dan rentan.
Namun begitu, Amerika dengan keculasannya menggiring dunia untuk menerapkan mata uang negaranya sebagai transaksi dunia. Yaitu, dolar Amerika.
Akibatnya apa? Dunia menjadi bergantung dengan mata uang Amerika. Dan dengan cara ini pula, ekonomi dunia menjadi berada di bawah bayang-bayang Amerika.
Namun sepuluh tahun belakangan ini, banyak negara yang menyadari kerugian sistem ini. Misalnya, ketika Cina bertransaksi dengan Rusia, masing-masing negara menggunakan mata uangnya masing-masing. Tidak lagi dengan dolar Amerika.
Begitu pun sejumlah perdagangan bilateral di kawasan Asean. Seperti Indonesia dengan Thailand dan lainnya. Mereka menggunakan mata uang masing-masing.
Kesadaran Kembali ke Standar Emas
Setelah banyak negara tidak lagi bergantung dengan dolar Amerika, muncul kesadaran untuk kembali ke standar emas.
Mekanismenya bisa macam-macam. Antara lain, seperti di kawasan Asean, masing-masing negara menyetorkan nilai emas mereka untuk standar nilai mata uang mereka.
Mekanisme ini pernah disarankan PM Malaysia, Dr. Mahathir Muhammad. Sepertinya, saran ini akan menjadi kenyataan dalam waktu dekat.
Begitu pun di negara kawasan lain seperti Afrika, Eropa, Timur Tengah atau dunia secara keseluruhan. Dengan menjadi emas sebagai standar, tidak ada lagi keculasan atau manipulasi suatu kekuatan negara kepada negara-negara lain.
Dengan begitu, standar ini akan menjadi ukuran yang sangat objektif. Tidak seperti sekarang yang sangat bergantung pada Amerika.
Bayangkan jika Amerika mengalami kebangkrutan ekonomi. Boleh jadi, akan bangkrut pula seluruh ekonomi dunia. Karena uang kertas sangat tidak objektif. Masing-masing negara bisa main akal-akalan dengan permainan mata uang mereka.
Kembali ke standar emas menandakan bahwa ekonomi dunia akan berjalan di rel yang benar dan adil. Dan seperti itulah ekonomi yang pernah dibangun kepemimpinan Islam pertama: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. [Mh]