PALESTINA sebagai alladzii baaroknaa haulahu. Negeri yang telah Allah berkahi. (QS. Al-Israa: 1). Sepatutnya kita iri dengan rakyat Palestina.
Kenyakan orang mungkin merasa iba dengan rakyat Palestina. Iba karena mereka menjadi korban kezaliman kekuatan dunia saat ini.
Rumah-rumah mereka hancur. Gedung-gedung tak lagi berbentuk. Puluhan ribu warga tewas. Dan hal itu terus berlangsung hingga saat ini tanpa ada yang berani bantu.
Pertanyaannya, di mana nilai keberkahan yang dimaksud Al-Qur’an yang mulia terhadap bumi Palestina?
Keberkahan Bumi Palestina
Umumnya kita memahami bahwa berkah itu banyaknya rezeki. Misalnya, berlimpahnya hasil bumi, air yang berlimpah, negeri yang aman dan damai, negeri yang makmur dan sentosa, dan lainnya.
Kalau itu disubstitusikan ke Palestina, rasanya kok nggak pas. Di Palestina gersang, air susah, hasil bumi juga minim, dan keamanan serta kenyamanan hidup menjadi barang langka.
Lalu, di mana berkahnya?
Sepertinya, umumnya kita salah memahami makna berkah. Kalau berkah dihubungkan dengan berlimpahnya hal duniawiyah, mungkin negeri Barat bisa dibilang sangat berkah.
Jadi, apa makna berkah menurut Islam? Para ulama menjelaskan bahwa berkah itu nilai tambah dari anugerah Allah subhanahu wata’ala kepada orang-orang beriman. Tidak ada istilah berkah untuk orang-orang kafir, meskipun duniawiyah mereka berlimpah.
Kalau makna berkah dikaitkan dengan berlimpahnya duniawi, maka para Nabi tentu hidup dalam keberlimpahan. Karena tidak ada keberkahan di setiap generasi selain kehidupan para Nabi dan orang-orang yang bersamanya.
Nilai tambah yang dimaksud adalah kedekatan dan kerdihaan dari Allah subhanahu wata’ala. Dari sinilah kita memahami kenapa Nabi menjelaskan bahwa dua rakaat sebelum shalat Subuh, nilainya lebih besar dari dunia dan seisinya.
Dan dari semua pahala yang paling diridhai Allah subhanahu wata’ala adalah pahala jihad dan mati syahid di jalan Allah. Seorang syuhada bisa memberikan syafaat untuk 70 orang yang ia tentukan.
Puncak Pentas Akhir Zaman
Kita saat ini sudah masuk di era akhir zaman. Yang artinya, tak lama lagi zaman atau dunia ini akan berakhir untuk selamanya.
Dari sekian panjang perjalanan era akhir zaman ini, ada beberapa puncak yang pernah disebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Di antara peristiwa puncak akhir zaman adalah terbunuhnya kaum Yahudi oleh umat Islam, terbunuhnya Dajjal oleh Nabi Isa alaihissalam, dan terbunuhnya Ya’juj dan Ma’juj.
Menariknya, tiga peperangan besar itu semuanya terjadi di Palestina. Kaum Yahudi akan terbunuh di Palestina, Dajjal terbunuh oleh Nabi Isa di Palestina, dan begitu pun dengan Ya’juj dan Ma’juj.
Jadi, Palestina akan menjadi pusat ‘puncak pentas akhir zaman’. Akan begitu banyak pahala syahid yang terjadi di negeri para nabi itu.
Palestina akan menjadi pusat peperangan antara Islam dan kekafiran. Pusarannya sudah berlangsung dan akan menyedot semua kekuatan di luarnya.
Dalam suatu hadis, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa sebaik-baik ribath atau jihad adalah di Asqolan.
Apa itu Asqolan? Yaitu sebuah wilayah yang berada di bagian selatan Palestina yang kini meliputi Gaza dan Rafah.
Jadi, boleh saja kita merasa iba dengan saudara-saudara kita di Palestina. Tapi jangan lupa, arena jihad di negeri mereka nilainya jauh melampaui nilai apa pun di dunia ini. Dan saat itulah, kita juga akan merasa iri dengan mereka.
Apalah arti keberlimpahan dunia ini dibandingkan dengan surga. Dan pintu surga sedang terbuka lebar di negeri Palestina. [Mh]