PENGHAFAL al-Quran terkadang terlena dengan sesuatu yang mengalihkannya sehingga ia lupa dengan hafalannya, lupa membaca, lupa menambah hafalan, bahkan lupa menjaga hafalan yang sudah seharusnya ia jaga dan pelihara dengan baik.
Hal ini memang menjadi sesuatu yang sangat mungkin terjadi dalam diri manusia, bukan hanya dalam hal menghafal al-Qur’an saja, tetapi juga dalam beramal dengan bentuk amalan lainnya.
Baca Juga: Kesimpulan Kalah di Perang Uhud, Kenyataannya Tidak
Jika Penghafal Al-Quran Terlena dengan Hal-Hal Lain
Memang demikianlah sifat hati manusia yang sering berubah-ubah.
Di dalam bahasa Arab, hati disebut dengan qalbun, salah satu alasannya adalah karena ia memiliki sifat taqallub, yaitu sering kali berubah-ubah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri-sebagaimana disampaikan oleh Imam Ahmad di dalam Musnad-nya-pernah bersabda:
“Ia dinamakan qalbun karena sifatnya yang cepat berubah.”
Makanya dalam pembahasan sebelumnya kami menyarankan bahwa jika sudah ada keinginan untuk menghafal seharusnya seseorang tidak menunda-nundanya, salah satunya tidak lain karena kecenderungan hatilah yang seringkali berubah-ubah.
Sekarang mungkin ia punya keinginan untuk menghafal al-Qur’an, tapi besok mungkin sudah berbeda lagi keinginannya.
Berpalingnya hati dari keinginan menghafal al-Qur’an sebenarnya tidak hanya dapat terjadi pada seseorang yang punya keinginan untuk menghafal namun belum mulai menghafalnya.
Tetapi juga bisa terjadi pada seseorang yang sudah mulai menghafalkannya serta belum sempat menyelesaikannya, bahkan mungkin bisa juga menimpa yang sudah selesai menghafalkannya.
Jika anda termasuk dalam kategori yang pertama, yaitu sempat punya keinginan untuk menghafal al-Qur’an namun akhirnya keinginan tersebut hilang, atau teralihkan oleh hal-hal lain yang lebih anda sukai, maka mulai sekarang, anda harus benar-benar membuka hati anda.
Kemudian membandingkannya, manakah di antara keduanya yang paling layak untuk anda pilih.
Tapi, jangan sekali-kali anda menyandarkan pilihan pada kecenderungan syahwat, sandarkanlah ia pada isi hati anda yang terdalam, hati yang bersih, yang orientasinya lebih kepada akhirat, hati yang tunduk pada Sang Pemiliknya, Allah swt.
Kami yakin, jika memang yang mengalihkannya adalah hal-hal yang hanya bersifat duniawi, pasti hati anda yang terdalam itu lebih cenderung pada al-Qur’an, karena hati itu butuh ketenangan, sementara al-Qur’an sendiri adalah salah satu sumber ketenangan bagi hati manusia.
Adapun jika ternyata berpalingnya hati dari menghafal al-Qur’an sementara keadaan anda sudah mulai menghafal al-Qur’an, bahkan sudah menyelesaikannya, maka ketahuilah bahwa jika anda benar-benar lebih memilih berpaling dari al-Qur’an, maka itu adalah musibah besar bagi anda, apalagi jika hal itu membuat anda benar-benar jauh dari al-Qur’an.
Anda yang sudah menghafal al-Qur’an, jadikanlah ia sebagai yang utama di hati anda, jangan pernah posisi al-Qur’an di hati anda itu tergeser oleh yang lainnya.
Dan seharusnya al-Qur’an yang selalu anda baca dan hafal itu menjadikan anda semakin dekat dengannya, jika malah sebaliknya, bisa jadi ada sesuatu yang salah di dalam diri anda sendiri hingga pengaruh al-Qur’an itu tidak sampai ke dalam hati anda.
Bisa jadi penyebabnya adalah niat yang salah, maka perbaharui juga niatnya. Jika niatnya sudah benar-benar karena Allah, tidak ada sesuatu pun yang mampu menghalangi anda dari pengaruh luar biasa dari al-Qur’an yang anda baca dan hafal itu.
Terakhir, banyak-banyaklah berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa membolak-balikkan hati manusia agar diarahkan-Nya hati kita untuk selalu condong ke arah kebaikan dan kemuliaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga seringkali berdoa:
يا مصرف القلوب صرف قلوبنا علي طاعتك
“ Ya Allah Yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami pada ketaatan kepada-Mu.” (HR. Muslim)
Wallahu A’lam Bishshowab.
Catatan Ustaz Slamet Setiawan, S.H.I
[Ln]