JIHAD harta. “Satu setengah ton semangka kami bawa dari Sragen untuk dibagikan pada para peserta Muktamar.”
Penulis buku Journey to the Light Uttiek M. Panji Astuti dalam IG @uttiek.herlambang pada (18/11) menulis bahwa hatinya bergetar menyaksikan tayangan ini.
Bagaimana para petani dengan rela hati menyumbangkan hasil panennya. Semangka sebanyak satu setengah ton itu hanya salah satu saja.
Berton- ton beras, minyak goreng, bumbu dapur dan segala rupa bahan makanan menyesaki dapur umum yang berada di lingkungan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tak hanya satu, lebih dari 20 dapur umum, baik yang langsung terkoordinasi dengan panitia maupun swadaya masyarakat, didirikan.
Ribuan nasi bungkus gratis mulai didistribusikan sejak kemarin hingga nanti penutupan Muktamar Muhammadiyah ke-48 di hari Ahad (20/11).
Semua dengan ikhlas menyumbangkan apa saja. Yang berkelebihan harta memberikan bahan makanan. Yang punyanya tenaga, dengan suka rela membantu memasak di dapur umum.
Tak main-main, dapur umum itu buka 24 jam yang terbagi dalam 3 shift untuk menyiapkan sarapan hingga makan malam.
Sekolah-sekolah, pondok pesantren, hingga rumah warga membuka pintunya lebar-lebar untuk menerima siapa saja yang belum punya tempat bermalam. Terutama mereka yang datang dari luar kota.
Kehangatan yang terbungkus dalam indahnya ukhuwah itu mengingatkan pada kaum Anshar saat menerima saudara-saudara Muhajirin. Mereka ikhlas memberikan apa saja yang diperlukan saudaranya tanpa banyak tanya.
Seorang Muslim sudah seharusnya menjadi dermawan. Sebab itulah yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Diriwayatkan suatu kali seorang perempuan menghadiahkan baju. Bertepatan waktu itu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membutuhkannya.
Untuk menghargai sang pemberi, baju itu lalu dikenakannya sepulang dari masjid.
Beberapa saat kemudian datang seorang sahabat dan berkata, “Wahai Rasulullah, alangkah bagusnya baju ini. Sudikah engkau memberikannya kepadaku?”
Tanpa berpikir panjang Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam langsung menjawab “Ya,” lalu bergegas kembali ke rumah, berganti pakaian, dan memberikan baju baru itu.
Baca Juga: Inilah Macam-Macam Jihad
Jihad Harta
View this post on Instagram
Keteladanan serupa yang dicontoh KH Ahmad Dahlan. Ia berikan semua yang dimilikinya di jalan dakwah.
Dari satu kelas kecil yang didirikan di pelataran rumahnya di Yogya lebih dari seabad yang lalu, kini amal jariyahnya telah berkembang menjadi lebih dari 10.381 sekolah. Yang terdiri dari TK atau PTQ berjumlah 4623; SD/MI 2.604; SMP/MTS 1772; SMA/SMK/MA 1143; Ponpes 67; dan perguruan tinggi 172.
Lebih dari 384 panti asuhan, 364 klinik/rumah sakit, panti jompo, dan banyak lagi. Keseluruhan amal usaha ini tersebar di seluruh Indonesia hingga mancanegara.
Ada perkataan KH Ahmad Dahlan yang sangat masyhur. “Jangan engkau berteriak-teriak sanggup membela agama meskipun harus menyumbangkan jiwamu. Tapi beranikah engkau menawarkan hartamu untuk kepentingan agama?”
Jumuah Mubarak, everyone. Jangan lupa baca QS Kahfi dan bersedekah hari ini.[ind]