JANGAN menilai seseorang hanya dari kepandaian berbicara. Sebab, banyak orang munafik yang menggunakan lisannya untuk mengelabui orang lain dengan kata-kata yang terkesan indah.
Rasul صلى الله عليه و سلم bersabda :
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلىٰ أُمَّتِي، كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيْمُ اللِّسَانِ
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas umatku adalah setiap munafik yang pandai lisannya.” (HR. Ahmad no. 143, hadits dari Umar bin al-Khaththab, ash-Shahiihah no. 1013)
Baca Juga: Waspadai Munafik yang Pintar Berbicara
Jangan Menilai Seseorang hanya dari Kepandaian Berbicara
Umar bin al-Khaththab رضي الله عنه :
لا يعجبنكم من الرجل طَنْطَنَتُه، ولكن من أدى الأمانة وكف عن أعراض الناس فهو الرجل
“Jangan sekali-kali kalian terkagum dengan bagusnya seseorang dalam menyampaikan ucapannya (retorika). Akan tetapi, seseorang yang telah menunaikan amanah & menahan lisan dari membicarakan kehormatan orang lain, maka dialah orang (yang benar-benar mulia).” (As-Sunan al-Kubra VI/288)
Imam Ibnu Rajab رحمه الله berkata :
“Sungguh amat banyak manusia dari generasi akhir yang terfitnah dengan hal ini, yaitu bahwa siapa saja yang banyak bicara, pandai berjidal dan berdebat dalam berbagai urusan agama, berarti lebih berilmu daripada orang yang karakternya tidak demikian.
Ini tiada lain merupakan suatu kebodohan. Lihatlah kepada pembesar para sahabat dan ulamanya mereka seperti Abu Bakar, Umar, Ali, Mu’adz, Ibnu Mas’ud dan Zaid bin Tsabit, bagaimana kondisi mereka?
Ucapan mereka itu lebih sedikit daripada Ibnu Abbas namun mereka lebih berilmu daripada beliau.
Begitu pula ucapan para tabi’in lebih banyak daripada ucapannya para sahabat, namun para sahabat itu lebih berilmu daripada mereka.
Demikian halnya para tabi’ut tabi’in, ucapan mereka itu lebih banyak daripada ulama tabi’in, namun demikian para tabi’in itu lebih berilmu daripada mereka.
Ilmu itu tidaklah ditimbang dengan banyaknya riwayat dan ucapan. Akan tetapi ilmu itu adalah cahaya yang telah diberikan kepada hati seorang hamba.
Dengannya hamba tersebut bisa memahami dan membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
Ia mampu mengutarakan kebenaran tersebut dengan berbagai ungkapan yang ringkas namun bisa menghasilkan tujuan yang diinginkan.” (Fadhlu Ilmis Salaf ‘alal Khalaf hal 5)
Imam al-Utsaimin رحمه الله berkata :
كم من إنسان طليق اللسان ، فصيح البيان ، إذا رأيته يعجبك جسمه ، وإن يقول تسمع لقوله ، ولكنه لا خير فيه
“Berapa banyak manusia yang pandai bicara lisannya, fasih penjelasannya, jika engkau melihatnya, tubuhnya akan menjadikanmu terkagum dan apabila dia berkata niscaya engkau akan mendengarkan perkataannya, tetapi (ternyata) dia tidak ada kebaikan pada (diri)nya.” (Syarah Riyadhus Shalihin VI/138)
[Cms]
Ustaz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar