ChanelMuslim.com – Islam dan gagasan asing. Khandaq (parit) dalam Perang Ahzab.
Al Waqidi meriwayatkan, dari Salman al Farisi Radhiyallahu ‘Anhu:
يَا رَسُولَ اللّهِ إنّا إذْ كُنّا بِأَرْضِ فَارِسَ وَتَخَوّفْنَا الْخَيْلَ خَنْدَقْنَا عَلَيْنَا، فَهَلْ لَك يَا رَسُولَ اللّهِ أَنْ نُخَنْدِقَ ؟ فَأَعْجَبَ رَأْيُ سَلْمَانَ الْمُسْلِمِينَ وَذَكَرُوا حِينَ دَعَاهُمْ النّبِيّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ أَنْ يُقِيمُوا وَلَا يَخْرُجُوا، فَكَرِهَ الْمُسْلِمُونَ الْخُرُوجَ وَأَحَبّوا الثّبَاتَ فِي الْمَدِينَةِ.
Wahai Rasulullah, dulu saat kami di Persia dan kami ketakutan oleh kuda-kuda musuh maka kami membuat khandaq (parit), apakah engkau mau kami buatkan parit untukmu? Maka, kaum muslimin kagum dengan usul Salman, mereka pun teringat saat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memanggil mereka di saat perang Uhud untuk tetap di Madinah dan tidak keluar. Akhirnya kaum muslimin tidak suka untuk keluar, mereka memilih tetap bertahan di Madinah (saat perang Ahzab).
(Al Maghazi, 2/445)
Stempel pada surat-surat resmi
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: لَمَّا أَرَادَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَكْتُبَ إِلَى الرُّومِ، قَالُوا: إِنَّهُمْ لاَ يَقْرَءُونَ كِتَابًا إِلَّا مَخْتُومًا، ” فَاتَّخَذَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ، كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى وَبِيصِهِ، وَنَقْشُهُ: مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ “
Dari Anas bin Malik, dia berkata:
“Tatkala nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hendak menulis surat kepada Romawi, mereka mengatakan bahwa kaum Romawi tidaklah membaca surat kecuali yang sudah berstempel.” Maka, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membuat stempel dari perak, seolah aku melihat kilauannya dan ukirannya bertuliskan: “Muhammad Rasulullah.” (HR. Bukhari no. 7162)
Dua riwayat ini, dan riwayat sejenis, menunjukkan bahwa Islam tidak selalu menolak apa-apa yang datangnya dari Barat (Romawi) dan Timur (Persia).
Baca Juga: Islam Tak akan Cemar
Islam dan Gagasan Asing
Semuanya ditimbang dengan adil serta ditilik sesuai maslahat dan madharatnya
Ada manusia yang menolak mentah-mentah, semua hal dari luar Islam, bahwa semuanya rusak dan tidak bermanfaat, serta peradaban kafir yang harus dijauhi.
Sebaliknya ada manusia yang menerima tanpa saringan, semua yang datang dari luar. Mereka silau, menganggap mengadopsi segalanya dari luar adalah sebab kemajuan dan kejayaan. Sampai simbol agama pun dijiplak dari non Islam.
Sikap yang benar adalah adil dan pertengahan. Semua yang datang dari luar, dilihat dulu, screening, lalu ditimbang dengan timbangan teradil yaitu Al Quran dan As Sunnah. Jika sejalan dan tidak bertentangan maka diterima, dan jika bertentangan maka ditolak.
Inilah ilmu dan hikmah, yang bisa kita ambil dari peradaban mana pun setelah kita menyaringnya.
Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu berkata:
الْعِلْمُ ضَالَّةُ الْمُؤْمِنِ فَخُذُوهُ وَلَوْ مِنْ أَيْدِي الْمُشْرِكِينَ وَلَا يَأْنَفْ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْخُذَ الْحِكْمَةَ مِمَّنْ سَمِعَهَا مِنْهُ
Ilmu itu harta mukmin yang hilang, maka ambillah walau berasal dari kaum musyrikin, dan janganlah kamu remehkan mengambil hikmah dari orang yang telah kamu dengarkan ilmunya. (Imam Ibnu Abdil Bar, Jaami’ Bayan al ‘Ilmi wa Fadhlih, no. 621)
(Bersambung…)
Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwamith Thariq.[ind]