Chanelmuslim.com – Sepeninggal Rasulullah saw. penyebaran Islam terus berlanjut untuk mengajak pada ketauhidan dan keadilan. Salah satu pahlawan Islam terkenal yang namanya dikenang dan dijadikan nama suatu tempat adalah Thariq bin Ziyad. Jasa-jasa Thariq dan kepahlawanannya diabadikan dengan nama selat yang memisahkan Maroko dan Spanyol dengan nama Selat Gibraltar. Gibraltar adalah kata dalam bahasa Spanyol yang diartikan dalam bahasa Arab sebagai Jabal Thariq atau dalam bahasa Indonesia Bukit Thariq.
Thariq bin Ziyad yang memiliki nama lengkap Thariq bin Ziyad Al Laitsi. Thariq adalah seorang panglima perang yang pemberani sebagai bagian dari prajurit Kerajaan Umawiyah (Bani Umayyah). Ia adalah ahli menunggang kuda, memiliki badan tegap dan kuat. Setelah Musa bin Nushair membuka jalan pasukan Islam ke Eropa, Thariq bin Ziyad menyempurnakannya dengan menaklukkan Andalusia.
Baca Juga: Musa bin Nushair, Sang Penakluk Afrika dan Andalusia
Inilah Penakluk Andalusia yang Pemberani Thariq bin Ziyad
Thariq lahir sekitar tahun 50 H. Dia adalah orang Barbar yang berasal dari suku Shudfah yang berdomisili di pegunungan Maroko. Tak banyak yang meriwayatkan masa kecilnya, hanya sebagian yang menyebutkan bahwa ia lahir dari keluarga muslim dan dididik dengan pendidikan Islami kala itu seperti menghafalkan Alquran dan hadits.
Misi tentara muslim di masa khalifah Bani Umayyah bukan semata-mata untuk menguasai wilayah seperti yang dilakukan oleh penjajah. Pada masa Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad, wilayah Eropa termasuk Andalusia dikuasi oleh seorang Raja bernama Rodric yang berlaku tidak adil. Dalam literatur menyebutkan Raja Rodric membagi masyarakat menjadi lima kelas dan rakyat pada kelas terbawah banyak mengalami kedzaliman, karena itu banyak rakyat yang mengungsi dan memohon bantuan. Saat itu negara-negara yang dipimpin oleh pemimpin muslim terkenal dengan keadilan dan kemakmurannya.
Ketika permintaan bantuan dari rakyat Andalusia sampai pada Thariq bin Ziyad, ia kemudian meminta izin kepada Musa bin Nushair untuk berangkat ke wilayah Eropa. Musa kemudian menyampaikannya kepada khalifah Al-Walid bin Abdul Malik dan beliau menyetujui melanjutkan ekspansi penaklukkan Andalus yang telah dirintis sebelumnya.
Pada bulan Juli 710 M, berangkatlah empat kapal laut yang membawa 500 orang pasukan terbaik umat Islam. Pasukan ini bertugas mempelajari bagaimana medan perang Andalusia, mereka sama sekali tidak melakukan kontak senjata dengan orang-orang Eropa. Setelah persiapan dirasa cukup dan kepastian kabar telah didapatkan, Thariq bin Ziyad membawa serta 7000 pasukan lainnya melintasi lautan menuju Andalusia.
Dalam perjalanan menuju Andalusia (Spayol), Thariq dan pasukannya berhenti di sebuah lereng gunung yang saat ini kita kenal dengan bukit Giblatar yang dalam bahasa Arab Jabal Al Thariq. Kabar pasukan muslimin yang dipimpin Thariq bin Ziyad yang akan menyerang Andalusia kemudian terdengar oleh Raja Roderick sehingga kemudian ia langsung mempersiapkan pasukan dengan jumlah 100.000 pasukan. Mendengar tentang kekuatan musuh tidak berimbang, ia kemudian memerintahkan stafnya untuk membakar perahu-perahu mereka.
Kemudian ia berpidato di depan para prajuritnya untuk mengobarkan semangat mereka. “Tidak ada jalan untuk melarikan diri! Laut di belakang kalian, dan musuh di depan kalian: Demi Allah, tidak ada yang dapat kalian sekarang lakukan kecuali bersungguh-sungguh penuh keikhlasan dan kesabaran.”
Thariq melakuan pidato itu untuk mengobarkan semangat bagi prajurit-prajuritnya. Ia pun mengutus salah seorang prajuritnya untuk meminta bantuas kepada Musa bin Nushair, dikirimlah pasukan tambahan yang jumlahnya hanya 5000 orang.
Akhirnya pada 28 Ramadhan 92 H bertepatan dengan 18 Juli 711 M, bertemulah dua pasukan yang tidak berimbang ini di Medina Sidonia. Perang yang dahsyat pun berkecamuk selama delapan hari. Kaum muslimin dengan jumlahnya yang kecil tetap bertahan kokoh menghadapi hantaman orang-orang Visigoth pimpinan Roderick. Keimanan dan janji kemenangan atau syahid di jalan Allah telah memantapkan kaki-kaki mereka dan menyirnakan rasa takut dari dada-dada mereka. Di hari kedelapan, Allah pun memenangkan umat Islam atas bangsa Visigoth dan berakhirlah kekuasaan Roderick di tanah Andalusia.
Setelah perang besar yang dikenal dengan Perang Sidonia ini, pasukan muslim dengan mudah menaklukkan sisa-sisa wilayah Andalusia lainnya. Musa bin Nushair bersama Thariq bin Ziyad berhasil membawa pasukannya hingga ke perbatasan di Selatan Andalusia.
Kembali ke Damaskus
Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad tidak hanya mengalahkan penguasa-penguasa zalim di Eropa, namun mereka berhasil menaklukkan hati masyarakat Eropa dengan memeluk Islam. Mereka berhasil menyampaikan pesan bahwa Islam adalah agama mulia dan memuliakan manusia. Manusia tidak lagi menghinakan diri mereka di hadapan sesama makhluk, kemuliaan hanya diukur dengan ketakwaan bukan dengan nasab, warna kulit, status sosial, dan materi. Musa dan Thariq juga berhasil menanamkan nilai-nilai tauhid, memurnikan penyembahan hanya kepada Allah semata. (w/Wikipedia/kisahmuslim)