Chanelmuslim.com – Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hamzah keluar rumah membawa busur panah. Ia menuju ke gurun pasir untuk melatih hobinya, memanah. Ia jago memanah. Sebagaian harinya, ia habiskan di sana.
Seperti biasanya, ketika pulang, ia mampir dulu ke Ka’bah untuk melakukan thawaf. Sebelum sampai Ka’bah, ia bertemu wanita pembantu Abdullah bin Jud’an.
Wanita itu melanjutkan ceritanya tentang apa yang dilakukan Abu Jahal kepada Rasulullah.
Hamzah mendengarkan dengan seksama. Ia mengangguk, meletakkan busur panahnya di pundak, lalu bergegas menuju Ka’bah, berharap akan bertemu Abu Jahal di sana. Jika tidak ditemuinya, ia akan mencarinya di mana saja. Pokoknya sampai bertemu.
Abu Jahal terlihat sedang bercengkrama di halaman Ka’bah, dikelilingi oleh beberapa orang pembesar Quraisy.
Dengan ketenangan yang mencekam, Hamzah mendekati Abu Jahal. Ia ambil busur panahnya, lalu dipukulkan ke kepala Abu Jahal hingga berdarah.
Sebelum yang lain menyadari apa yang terjadi, Hamzah berkata dengan lantang kepada Abu Jahal, “Kamu maki-maki Muhammad, sementara aku sudah berada dalam agamanya. Aku katakan apa yang ia katakan? Sekarang, ulangi makian kamu itu kepadaku.”
Perkataan Hamzah bagaikan petir yang menyambar kepala mereka. Hingga mereka tidak ingat lagi penghinaan dan luka yang di alami pemimpin mereka, Abu Jahal. Mereka terkejut ketika mendengar bahwa Hamzah sudah masuk agama Muhammad; mengakui apa yang diakui Muhammad, dan mengatakan apa yang dikatakan Muhammad.
Baca juga: Sang Singa Allah Hamzah bin Abdul Muthalib Jadi Target Quraisy
Hari yang Pemuda Terkuat
Apakah Hamzah, pemuda terkuat dan paling dihormati di kalangan Quraisy, sudah masuk Islam?
Sungguh satu bencana besar yang tidak dapat diatasi oleh bangsa Quraisy. Masuk Islamnya Hamzah akan menjadi daya tarik tersendiri bagi tokoh-tokoh pilihan untuk sama-sama memasuki agama itu. Alhasil, Muhammad saw. Akan mendapatkan barisan kuat yang membela dakwahnya. Dan orang-orang Quraisy baru akan terjaga dari tidurnya ketika mendengar tembilang-tembilang menghancurkan berhala dan tuhan mereka.
Ya…, Hamzah telah masuk Islam. Apa yang selama ini ia pendam, telah ia nyatakan di depan umum. Hari yang ia biarkan orang-orang itu kecewa dan merenungi pupusnya harapan mereka. Sementara itu, Abu Jahal sibuk membersihkan darah yang keluar dari kepalanya. Hamzah meletakkan busur panahnya ke pundak, lalu berjalan dengan gagah menuju rumahnya.
Hamzah adalah seorang yang berotak cerdas dan berhati bersih. Ketika sudah berada di rumah, dan lelah pun sudah sirna, ia duduk merenungkan apa yang baru saja terjadi. Bagaimana bisa ia menyatakan keislamannya? Kapan?
Itu terjadi saat ia emosi dan marah. Ia tidak suka jika keponakannya disakiti dan dizalimi. Maka harus ditolong. Ia marah karena keponakannya disakiti, dan tersinggung karena bani Hasyim tidak dihormati. Maka ia hantam kepala Abu Jahal hingga terluka, dan ia nyatakan keislamannya.
Tetapi, apakah ini cara terbaik agar orang-orang itu meninggalkan agama nenek moyang dan kaumnya. Agama yang telah mereka anut ribuan tahun. Lalu berpindah ke agama baru yang belum terjui, bahkan belum dikenal betul.
Hamzah Berhati Jernih
Betul, ia tdak sedikit pun ragu akan kejujuran Muhammad saw. Dan tujuannya yang mulia. Namun, mungkinkah seseorang menerima satu agama baru berikut segala kewajiban dan tanggung jawabnya di saat marah, seperti yang dilakukan oleh Hamzah sekarang ini?
Berhari-hari ia memikirnya. Bahkan malam harinya, matanya sulit terpejam karena otaknya terus memikirkan apa yang sedang ia hadapi.
Untuk menimbang suatu permasalahan pasti muncul keraguan. Hari yang begitu juga dialami Hamzah. Ketika menimbang Islam dan membandingkannya dengan agama lama, muncul keraguan-keraguan. Satu sisi, agama lama adalah agama nenek moyangnya, tapi di sisi lain, ia selalu siap menerima agama baru.
Ia teringat semua kenangannya tentang Ka’bah yang dipenuhi oleh berhala dan tuhan-tuhan. Seberapa besar kemuliaan yang diberikan tuhan-tuhan pahatan ini kepada suku Quraisy dan kepada penduduk Mekah secara umum.
Ia juga memendam rasa kagum kepada agama baru yang dibawa oleh keponakannya. Namun, jika ia mampu menjadi pengikut dan pembela agama baru ini, maka kapankah saat yang tepat untuk masuk agama ini? Apakah pada wkatu marah? Atau setelah dipikirkan dan direnungkan.
Demikianlah. Kejernihan hati dan kecerdasan pikiran yang dimilikinya membawanya mempertimbangkan satu permaslahan dengan seksama.
Melupakan sejarah dan meninggalkan agama lama yang telah berakar ini, seperti melompati jurang yang lebar.
Ia heran dengan orang-orang yang dengan mudah meninggalkan agama nenek moyangnya.
Hamzah hampir putus asa karena belum menemukan jawaban. Tetapi ia terus menggerakkan otaknya untuk bekerja.
Akhirnya, ketika dirasakan bahwa otaknya tidak berdaya, dengan ikhlas dan tulus hati, ia mengembalikannya kepada yang gaib. Ia duduk di dekat Ka’bah. Wajahnya menengadah ke langit, dan meminta pertolongan kepada segala kekuatan dan cahaya yang ada di alam ini, agar dibimbing ke jalan yang benar.
Ketika Hamzah Masuk Islam
Marilah kita dengarkan bagaimana ia menceritakan kisah selanjutnya pada hari yang berikut.
“Kemudian muncul rasa sesal dalam hatiku karena telah meninggalkan agama nenek moyang dan kaumku. Aku sangat bingung hingga tidak bisa tidur. Lalu aku pergi ke Ka’bah, memohon kepada Allah untuk membimbingku ke jalan kebenaran, dan menghilangkan keraguan di hatiku. Allah mengabulkan doaku. Sekarang aku sudah merasa mantap. Kemudian aku pergi menemui Rasulullah. Kuceritakan apa yang baru saja aku alami. Rasulullah memohon kepada Allah untuk meneguhkan hatiku pada agama-Nya.”
Begitulah. Hamzah sekarang sudah masuk Islam dengan hati yang mantap.
Allah menguatkan dakwah Islam dengan Hamzah. Ia berdiri kokoh membela Rasulullah dan sahabat-sahabatnya yang lemah.[bersambung/dn]
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom