DALAM kitab Al-Hikam karya Ibnu ‘Ata’illah menyebutkan bahwa Allah pasti akan mengabulkan do’a seorang hamba sesuai dengan kehendak-Nya. Maka seseorang hendaknya tidak berputus asa atas do’a yang ia panjatkan, karena hakikat berdoa adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ibnu ‘Ata’illah berkata:
لاَ يَــكُنْ تَــأَخُّرُ أَ مَدِ الْعَطَاءِ مَعَ اْلإِلْـحَـاحِ فيِ الدُّعَاءِ مُوْجِـبَاً لِـيَأْسِكَ؛ فَـهُـوَ ضَمِنَ لَـكَ اْلإِجَـابَـةَ فِيمَا يَـخْتَارُهُ لَـكَ لاَ فِيمَا تَـختَارُ لِـنَفْسِكَ؛ وَفيِ الْـوَقْتِ الَّـذِيْ يُرِ يـْدُ لاَ فيِ الْـوَقْتِ الَّذِي تُرِ يدُ
“Janganlah karena keterlambatan datangnya pemberian-Nya kepadamu, saat engkau telah bersungguh-sungguh dalam berdoa, menyebabkan engkau berputus asa; sebab Dia telah menjamin bagimu suatu ijabah (pengabulan doa) dalam apa-apa yang Dia pilihkan bagimu, bukan dalam apa-apa yang engkau pilih untuk dirimu; dan pada waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau kehendaki.”
Baca Juga: Menghadirkan Hati dan Keyakinan dalam Berdoa
Hakikat Berdoa adalah Mendekatkan Diri kepada Allah
Dalam berdo’a seseorang perlu pengenalan atas diri sendiri dan pengenalan atas Allah subhanahu wa ta’ala. Maka yang terbaik adalah yang dibutuhkan oleh diri sendiri, namun keyakinan seseorang terhadap kehendak Allah harus lebih besar dari keyakinan dari apa yang diusahakan oleh tangan sendiri.
Doa adalah bukti seberapa tawakkal hamba kepada Allah. Dihadapan Allah seorang hendaknya merendahkan diri serendah-rendahnya, menyerahkan segala urusan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Pintu doa selalu terbuka bagi hamba-Nya yang beriman. Berdoa haruslah disertai keyakinan bahwa hanya Allah yang mampu memenuhi segala kebutuhan hamba-Nya dan yang akan menjawab doa-doa hamba-Nya.
Tidak ada kekuatan yang lebih besar dari kekuatan Allah yang mampu mengabulkan segala keinginan dan kebutuhan hamba-Nya.
Orang yang enggan berdoa disebut sebagai orang yang sombong. Ibarat si miskin yang sombong kepada si kaya. Seorang hamba sejatinya tidak memiliki apa-apa kecuali Allah yang mendatangkan rezeki kepadanya.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Al-Ghofir: 60)
Tertundanya pengambulan do’a bukan menjadi alasan bagi seseorang untuk berputus asa dan berhenti berdoa, karena kenikmatan berdo’a bukan hanya saat telah dikabulkan akan tetapi saat seseorang semakin dekat dan bergantung pada Allah dengan doanya. [Ln]