ChanelMuslim.com – Dua kekuatan penting yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah Al Quwwah (ketegasan) dan Al Amânah (kepercayaan). Alasannya adalah ketegasan berkaitan erat dengan manajemen kepemimpinan, sementara kepercayaan berkaitan dengan akhlak pemimpin.
Baca Juga: Abdurrahman bin Muawiyah, Pemuda yang Menyatukan Kekuatan Islam di Andalusia
Dua Kekuatan yang Menjadi Perisai Diri
Tulisan tersebut dinyatakan oleh Ustaz Mufied Haris MA dalam channel telegram Teladan Pendidikan. Dilansir channel telegram Generasi Shalahuddin, kedua ini bisa menjadi perisai yang melindungi diri dari kecintaan terhadap harta dan kedudukan secara berlebihan.
Sangat sulit menemukan keseimbangan dua kekuatan ini pada satu pribadi. Tidak juga pada semua sahabat Nabi.
Menurut Syaikh Muhammad Mukhtar Asy Syinqithi, hanya beberapa yang memilikinya. Satu diantaranya adalah Umar bin Khattab.
Hal ini tidak terlepas dari sisi kemanusiaan para sahabat. Ada sahabat yang punya kecenderungan pada satu sifat sedang sifat lain disempurnakan oleh sahabat yang lain.
Khâlid bin Walid adalah contoh bagaimana sifat keberanian dan ketegasan melekat pada pribadinya. Ia adalah panglima yang sangat ditakuti oleh semua lawan. Sebut saja Theodore Trithyrius, yang pernah ia kalahkan pada perang Yarmuk.
Namun, sisi keberanian yang sangat dominan tidak jarang mengalahkan sifat amanah.
Hal ini yang membuat Rasulullah sampai berdoa, “Ya, Allah sesungguhnya Aku berlepas diri dari semua yang diperbuat Khâlid” karena terlalu pemberaninya Khalid yang sudah ditandingi oleh sahabat-sahabat lainnya.
Contoh lain adalah Abu Dzar Al-Ghifari dan Usman bin Affan. Abu Dzar al-Ghifari adalah sahabat yang sangat sederhana, cenderung lembut lagi zuhud. Namun, punya kelemahan soal ketegasan.
Abu Dzar tidak perlu marah atau malu ketika Rasulullah memintanya menjauhi kekuasaan bahkan sekadar mengurus harta anak yatim. Mirip seperti Abu Dzar Al-Ghifari, takdir menggariskan Usman bin Affan sebagai pribadi yang lembut dengan sisi amanah yang tidak diragukan. Beliau juga dikenal dengan sosok yang sangat pemalu.
Namun, kelembutannya lebih sering mengalahkan sisi ketegasan yang seharusnya dimiliki seorang pemimpin.
Memadu dan saling menyempurnakan; Itulah kata kunci keberhasilan kepemimpinan para sahabat dalam sejarah.
Saat garis takdir mengharuskan Abu Bakar meneruskan kepemimpinan Umat, jadilah Umar bin Khatab sebagai pendamping.
Kita tahu, bagaimana kelembutan Abu Bakar, memadu bersama ketegasan Umar bin Khattab.
Begitupun saat Umar bin Khatab mengambil alih kepemimpinan maka tampillah Usman bin Affan menggantikan kedudukan Abu Bakar.
Baca Juga: Kekuatan Doa Orangtua untuk Anak-Anaknya
Kelembutan Usman Menyempurnakan Watak Keras Umar bin Khattab
Kelembutan Usman menyempurnakan watak keras Umar bin Khattab. Utsman bahkan mendapat gelar Arradîf, tempat bertanya, atas perannya pada kepemimpinan Umar bin Khattab.
Tidak sedikit kebijakan Umar yang lahir dari ide kreatif Usman bin Affan. Sebut saja tentang penanggalan hijriyah dan kebijakan untuk tidak membagi tanah rampasan pada pasukan muslim.
Dalam urusan militer, Khalifah Abu Bakar yang lembut memilih Khalid bin Walid yang dikenal keras dan tegas. Berbeda dengan Umar bin Khattab yang mengganti Khalid bin Walid dengan Abu Ubaidah yang dikenal lebih lembut.
Inilah faktanya, bahwa sahabat Rasulullah adalah tetap sebagai manusia biasa yang tidak terlepas dari kekurangan dan kelemahan.
Meski begitu, mereka adalah generasi terbaik dalam sejarah umat. Salah satu rahasianya adalah karena kontribusi mereka terhadap agama.
Sahabat Muslim, semoga kita pun bisa menyadari bagaimana kelebihan dan kekurangan kita, sehingga bisa memaksimalkan potensi yang ada untuk melengkapi kekurangan yang lain agar bisa berkontribusi untuk agama dan negara. [Cms]
Tulisan ini juga mengambil sumber dari:
1. Siyar A’lam An Nubalâ’, Imam Adz Dzahabi.
2. Al-Khilafat Asy-Siyâsiyyah Baina Ash Shahâbah, Syaikh Muhammad al-Muktar al-Syinqiti)