ADA dua hal penting untuk menentukan kebahagiaan hakiki yang akan kita capai. Tanpa dua hal ini kebahagian hanya bersifat semu.
Dua hal tersebut adalah kemauan dan ilmu. Kemauan adalah motor penggerak seseorang untuk mencapai kebahagiaan yang ditujunya.
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, kemuliaan kemauan seseorang tergantung pada kemulian sesuatu yang dicari.
Demikian pula ilmu, kemuliannya tergantung pada kemuliaan sesuatu yang diketahui dengan ilmu itu.
Artinya, dua hal tersebut akan mencapai kemuliaan ketika diarahkan menuju sesuatu yang tidak binasa, tidak sirna, dan abadi yaitu Tuhan Yang Maha Hidup.
Baca Juga: Asas-Asas Mendapatkan Kebahagiaan Keluarga
2 Hal yang Mengantarkan Seseorang Pada Kebahagiaan Hakiki
Dari sanilah kebahagiaan yang hakiki akan kita capai. Kebahagiaan hakiki adalah yang memenuhi standar yang ditetapkan oleh Allah.
Dengan bahasa yang lebih sederhana, seseorang memiliki kemauan kuat untuk mencapai kebahagiaan yang dikehendaki oleh Allah dan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh risalah.
Dari kemauan tersebut, ia akan mencarinya dengan ilmu yang berasal dari para nabi dan rasul serta para pengikutnya baik dari kalangan ulama maupun orang-orang shalih.
Kemauan dan ilmu ini menjadi garis edar perkataan dan perbuatannya serta menjadi sasaran dalam segala aktivitas kehidupannya.
Jika kemauan tidak ada pada diri seseorang padahal ia tahu kebahagiaan yang sejati maka ia akan terus selamanya terpenjara dalam kehinaan.
Seperti seseorang yang tahu bahwa hanya dengan menghamba dan taat kepada Allah serta mengikuti ajaran rasul-Nya maka ia akan bahagia, tetapi ia tidak memiliki kemauan untuk menuju ke sana.
Ia merasa berat dengan standar kebahagiaan yang telah diciptakannya sendiri, sehingga inilah yang membuatnya enggan untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki.
Atau seperti orang yang memiliki kemauan untuk mencapai kebahagiaan namun ia tidak tahu ilmunya.
Ia melakukan perilaku-perilaku yang melanggar syari’at dan ia anggap bahwa ia sedang berada di jalan kebenaran. Keterbatasan ilmu ini membuatnya tersesat.
Demikianlah kemauan dan ilmu menjadi penentu seseorang berhasil atau tidak meraih standar kebahagiaan yang ditetapkan oleh Allah subhanahu wata’ala. [Ln]