CINTA tidak mengetuk pintu bahkan mencopotnya. Jika ada sepasang kekasih yang saling mencintai, itu pasti ada prosesnya sebelum mereka menjadi.
Ada yang jatuh hati lalu ditangkap juga dengan hati. Ada yang jatuh cinta lalu disambut juga dengan cinta. Jadilah itu.
Orang bilang ini adalah ‘gayung bersambut’, cinta tidak bertepuk sebelah tangan.
Cinta yang bersambut adalah kebahagiaan. Sebaliknya, cinta satu tangan merupakan penderitaan.
Namun begitulah cinta. Cinta tidak peduli sama sekali terhadap perkara ini. Baginya yang penting adalah menyelinap masuk ke dalam hati seseorang, tanpa ketuk pintu apalagi permisi. Ia tidak peduli itu semua. Proses selanjutnya tergantung nasib.
Allah itu sumber dari segala sumber cinta. Jika Ia memasukkannya ke dalam hati seseorang, maka orang tersebut akan jungkir balik 180 derajat.
Sikapnya berubah dari benci menjadi suka, dari marah menjadi sayang, dari cuek menjadi atensi, bahkan dari ingin membunuh malah menjaganya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Adalah tirani Fir’aun yang membunuhi bayi-bayi laki-laki kaum Bani Israil karena mereka takut akan kelahiran Nabi Musa as.
Maka Allah memutuskan hal yang lain, bahwa tidaklah Musa dipelihara kecuali di dalam asuhan Fir’aun dan makan serta minum dari makanan dan minumannya, setelah Allah menanamkan rasa cinta dan kasih sayang kepada Musa di dalam hati Fir’aun dan istrinya.
Cinta, kadang berlabuh di hati orang yang tidak diduga. Begitulah. Firman-Nya:
يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ لِي وَعَدُوٌّ لَهُ وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي
“Supaya diambil oleh (Fir’aun) musuh-Ku dan musuhmu. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku. (Thaha: 39).
“Maksudnya, kasih sayang itu tertanam di dalam hati musuhmu sehingga ia mencintaimu.”
Begilah kekuatan cinta. Ia tidak mengetuk pintu bahkan mencopotnya. Karena tidak ada yang berat bagi cinta.
Jika cinta turun di beranda hati bisa mengguncangnya dan menjungkirbalikkan entitas pemiliknya.
Bulu mata lentik bisa membunuh kestaria pemberani seperti pedang yang tajam.
Maha Suci yang mengaruniakan kelembutan kepada wanita untuk memerangkap laki-laki yang perkasa.
Cinta itu membuat orang yang melihat menjadi buta. Love is blind. Ungkapan yang diucapkan oleh Jessica, seorang karakter dalam The Merchant of Venice karya William Shakespeare.
Sandiwara abad ke-16 yang bercerita soal pedagang asal venesia (Antonio). Ditulis antara tahun 1596 dan 1599.
Dikisahkan bahwa Abdur Rahman bin Abu Ammar, seorang ulama ahli fikih penduduk Hijaz, melewati penjual budak, lalu memandang mereka hingga hatinya tertambat pada salah seorang diantara mereka.
Cinta Tidak Mengetuk Pintu Bahkan Mencopotnya
Cintanya kepada wanita tersebut makin membara hingga selalu menyebut dan mengingatnya.
Ahli fikih yang pandai mengubah syair itu didatangi oleh dua teman ahli fikihnya. Atha’ bin Abu Yasar dan Mujahid bin Jabr Al-Makki. Keduanya mencela jatuh cintanya tersebut lalu ia menjawab keduanya dengan untaian syair:
“Teman-teman majelisku mencelaku karenamu
Aku tidak peduli besarnya kesalahan dan kejadiannya
Aku mengajak hatiku meninggalkannya
Lalu hati itu mengikutiku
Bahkan jika aku mengatakan bahwa ini sepenuhnya benar
Aku tidak bisa berhenti mencintainya
Atau cinta mempermainku lebih dari apa yang mereka lakukan”
Berita itu pun sampai kepada Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib ra. Lalu ia berangkat haji karena urusan ini.
Ia mengutus seseorang untuk menemui majikan budak tersebut dan membeli budak wanita tersebut darinya dengan harga 40.000 dinar.
Ketika Abdullah bin Ja’far kembali, orang-orang mendatanginya untuk mengucapkan selamat kepadanya, termasuk Abdur Rahman bin Abu Ammar.
Baca juga: Senangnya Musafir dan Cinta Allah
Ketika Abdur Rahman berpamitan, Abdullah bin Ja’far bertanya kepadanya;
“Apa yang diperbuat oleh cinta wanita itu?” Ia menjawab: “Menusuk daging, darah, otak dan saraf.”
Kemudian Abdullah bin Ja’far memerintahkan budak wanita tersebut menemui Abdur Rahman lalu bertanya: “Wanita ini?”.
Abdur Rahman menjawab: “Ya. Semoga Allah memperbaiki keadaanmu.”
Abdullah bin Ja’far berkata: “Demi Allah, aku tidak membelinya kecuali untukmu. Uruslah dia, semoga berkah.”
Kemudian Abdur Rahman menangis karena bahagia lalu berkata: “Wahai Ahlul Bait, Allah telah mengkhususkan kalian dengan kemuliaan sejak dari tulang sulbi Adam. Selamat atas ni’mat ini semoga Allah memberkati kalian.”
Perbuatan ini termasuk salah satu hal yang membuat Abdullah bin Ja’far dikenal dan disanjung banyak orang.
“Selagi ada jalan untuk mencapai dambaan hati, semua musibah terasa ringan dan perjalanan terasa indah”.[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah