INDONESIA kedatangan tamu mulia dari Yaman. Beliau adalah Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafiz. Beliaulah guru dari para habib di tanah air.
Ada yang lain di bulan Agustus ini. Di sejumlah tempat termasuk Jakarta, ribuan umat tumpah ruah untuk mengikuti pengajian. Dan sang guru mulia itu adalah Habib Umar bin Hafiz.
Beliau lahir di negeri para wali, Tarim, Yaman. Usianya tidak terlalu tua untuk seukuran ulama sekaliber beliau, 60 tahun. Tapi, pengaruhnya sudah mendunia. Sebuah penelitian di Amerika memasukkan Habib Umar sebagai salah satu dari 50 orang berpengaruh di dunia.
Ayah beliau seorang ulama besar di Yaman. Namanya, Muhammad bin Salim bin Hafiz. Hal yang sangat berkesan dari Habib Umar terhadap ayahnya adalah sang ayah diculik gerombolan komunis Yaman saat dalam perjalanan dakwah Habib Umar masih kecil. Sejak itu, Habib Umar tak lagi pernah bertemu sang ayah.
Dari situlah ia termotivasi untuk meneruskan jejak sang ayah. Yaitu, sebagai dai yang tanpa lelah berjuang menyebarkan Islam di seluruh dunia.
Di Indonesia, hampir seluruh para habaib belajar kepada Habib Umar. Melalui lembaga pendidikan Darul Musthafa yang didirikannya, Habib Umar mewakafkan ilmu dan tenaganya untuk mengajar para habaib, guru di pesantren di seluruh di Indonesia.
Salah satu murid terkenal beliau di tanah air adalah Habib Mundzir Al-Musawwa rahimahullah yang berdakwah melalui Majelis Rasulullah. Saat ini majelis tersebut dilanjutkan kiprahnya oleh kakak dari Habib Mundzir, Habib Nabil Al-Musawwa.
Habib Mundzir pernah menceritakan kemuliaan akhlak dari Habib Umar. “Kalau ingin melihat akhlak dan kepribadian Rasulullah, lihatlah akhlak dan kepribadian dari Habib Umar bin Hafiz,” begitu kira-kira yang pernah disampaikan Habib Mundzir.
Seorang habib yang pernah belajar dari Habib Umar pernah mengisahkan kekagumannya. Suatu kali ia dan rombongan berkunjung ke Habib Umar. Mereka tidak tahu kalau saat itu Habib Umar sedang berpuasa sunnah.
Namun, Habib Umar sudah menyiapkan mereka makanan yang dihidangkan melalui wadah besar seperti nampan. Satu wadah bisa untuk empat atau lima orang, makan bersama-sama.
Habib Umar ikut di salah satu wadah bersama empat orang lain. Beliau mencuci tangan, kemudian mengajar yang lain makan bersama. Tangan beliau begitu cekatan mengambil daging untuk dibagi-bagikan ke yang lain.
Sambil tanganya aktif ‘melayani’ empat orang yang makan bersamanya, lisannya tak kunjung berbicara tentang hikmah, pelajaran dan lainnya dengan santai.
Tanpa disadari, mereka selesai menghabiskan seisi makanan di wadah itu. Dan menariknya, tanpa mereka sadari pula, bahwa sang guru yang seolah makan bersama mereka, nyatanya sedang berpuasa. Tanpa sedikit pun memperlihatkan keadaannya yang sedang berpuasa.
Ustaz Abdul Somad punya cerita yang lain. Ketika santri-santri yang masih remaja berada di kelas tanpa guru, mereka makan roti sambil bercanda. Akhirnya, beberapa potongan kecil roti berceceran di lantai.
Mengetahui itu, apa yang dilakukan Habib Umar terhadap para santrinya itu. Inilah yang sangat menarik. Beliau memungut potongan demi potongan kecil roti itu yang tersebar di lantai itu dan langsung dimakan.
Saat itu pula, para santri menangis. Mereka menyesali perbuatannya.
Sudah beberapa kali Habib Umar berkunjung ke Indonesia. Pernah di tahun 1994, di tahun 2018, dan saat ini di Agustus 2023. Tapi, dari semua kunjungan itu, para panitia memahami betul bahwa Habib tidak akan mau tinggal di hotel.
Beliau lebih memilih tinggal di rumah santri yang ia kunjungi. Dan biasanya, beliau tidur di atas kasur tipis yang digelar di lantai.
Ketika ditanya kenapa habib lebih memilih cara tidur seperti itu, beliau menjawab, “Supaya tidak terlena untuk shalat malam.”
Siapa pun yang menjabat tangannya, mengenali dirinya kepada Habib akan mendapat kesan pribadi secara khusus. Mulai cara menjabatnya, menatapnya, dan bicara secara khusus. Seolah-olah, semua orang yang berkenalan dengan beliau menjadi orang khusus yang sangat dihormati.
Ada juga kisah tentang tokoh di negeri ini yang mengkritik keras sosok Habib Umar. Hal itu akhirnya sampai ke Habib. Apa yang beliau lakukan?
Beliau meminta santri-santrinya di Indonesia untuk selalu mengantarkan Habib untuk mampir ke rumah tokoh itu. Semakin orang membencinya, semakin Habib Umar menaruh cinta pada orang itu.
Tidak heran di tengah ribuan orang yang hadir mendengarkan tausiahnya, mereka merasakan seolah Habib sedang menasihati mereka satu per satu. Mereka begitu tersentuh dengan tausiah Habib Umar, dan sebagian mereka pun menangis larut dalam sentuhan hati beliau.
“Wahai saudaraku umat Islam Indonesia, aku mengajak kalian untuk bersama-sama bertaubat pada Allah, bersatu dan bersaudara dalam keimanan dan keislaman.
“Bersyukurlah atas apa yang telah Allah subhanahu wata’ala anugerahkan kepada kalian, berupa negeri yang kaya, subur, dan penuh keberkahan. Bersyukurlah karena Allah anugerahkan kalian negeri Islam yang sangat istimewa,” begitu di antara tausiah Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafiz. [Mh]