AYAH dan Ibu, tahukah bahwa anak merupakan investasi amal sepanjang masa? Dalam sebuah hadis, dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah bersabda, “Seseorang dinaikkan derajat surganya. Orang itu pun bertanya, ‘Bagaimana ini bisa terjadi?’ Disampaikan bahwa itu karena doa istigfar dari anaknya.” (HR. Ahmad).
Baca Juga: Anak Investasi yang Paling Berharga
Ayah Ibu, Anak merupakan Investasi Amal Sepanjang Masa
Hampir semua yang ada di dunia ini bisa menjadi bekas. Rumah bisa menjadi bekas, mobil, dan semua harta yang dimiliki. Begitu pun dengan suami atau istri, ia bisa menjadi bekas buat pasangannya.
Namun, satu hal yang tidak bisa menjadi bekas dan akan terhubung selamanya, hingga di akhirat. Yaitu, anak.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah pun mengabarkan bahwa anak merupakan buah amal orang tuanya yang akan menjadi investasi luar biasa untuk orang tua.
Utamakan investasi anak dari apa pun Harta yang paling berharga yang dimiliki seseorang adalah anaknya. Karena itu, investasi tentang anak harus menjadi prioritas dari hal lain. Bukan rumah, kendaraan, perhiasan dan lainnya.
Karena apa pun yang dimiliki seseorang akan terputus atau terbatas. Bisa dibatasi oleh kepemilikan yang berpindah tangan, atau terpisah karena kematian.
Namun, tidak demikian dengan anak. Ia akan melekat dalam diri seseorang. Tidak ada yang bisa memisahkan. Bahkan, akan tetap menjadi aset walaupun telah terpisah oleh kematian.
Jadikan anak sebagai investasi paling tinggi. Anak yang bernilai investasi tinggi adalah yang terdidik dengan baik sehingga ia mengenal Tuhannya, Rasul, Alquran, sunnah, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan agama.
Tarikan-tarikan lain dalam dunia materialistis kerap menggeser orientasi orang tua dalam mendidik anak. Mereka mengharapkan anak bisa mendapatkan manfaat sebatas materi. Sekolah yang tinggi, dapat pekerjaan yang menguntungkan, dan menguntungkan orang tua di saat pensiun.
Di sisi lain, dunia materialistis juga menawarkan fenomena bahwa anak yang sukses dalam dunia materi, pasti akan membahagiakan orang tua di saat tua.
Inilah jebakan yang membahayakan orang tua. Tidak cukup semua kesuksesan materi untuk siapa pun. Karena semakin banyak materi dimiliki, orang akan selalu merasa kurang. Hanya rasa syukur kepada Allah yang menjadikan seseorang tidak tergila-gila dengan materi.
Rasa syukur yang dimiliki seorang anak diperoleh dari pemahamannya yang baik tentang Allah swt. dan agamanya. Di situlah, ia akan memahami kewajiban penghormatan seorang anak terhadap orang tuanya.
Pemahaman yang baik seorang anak tentang agama tidak boleh berhenti hanya sebatas pengetahuan. Melainkan, nyata dalam tindakan keseharian. Karena agama bukan sekadar pengetahuan, melainkan perpaduan yang terus-menerus antara pengetahuan, perbuatan, dan pengorbanan.
Dalam hal ini, pemahaman anak tentang agama tercermin pula dalam sosok orang tua. Walaupun, dari segi pengetahuan teoritis, anak lebih di atas dari orang tua.
Misalnya, seorang anak bisa belajar makna sabar dan syukur dari ayah atau ibunya. Ayah dan ibunya tak mengeluh dengan beban hidup, meski bergulir puluhan tahun.
Penderitaan tidak menggoyahkan keduanya untuk senantiasa dekat dan berterima kasih dengan Allah Itulah di antara makna sabar dan syukur yang bisa digali anak kepada orang tuanya. Pelajaran yang tidak ia temukan dalam buku dan hafalan. [mh/Cms]