ABU Bakar Ar-Razi merupakan dokter muslim terbesar dan guru besar dalam ilmu kedokteran bagi dunia Islam dan Eropa.
Mereka mempelajari buku-buku yang dikarangnya hingga awal abad kedelapan belas Masehi.
Dia juga seorang Filsuf dan ahli kimia yang berhasil mengembangkan kimia setelah dasar-dasarnya dirumuskan oleh Jabir bin Hayyan, hingga dia mampu membuat berbagai penemuan kimia modern berdasarkan penelitian dan eksprimen.
Nama aslinya adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakariya Ar-Razi. Dalam bahasa Latin, nama panggilannya, Ar-Razi telah dirubah menjadi Rhazes.
Abu Bakar Ar-Razi, Guru Besar Kedokteran Muslim di Eropa (Bag.1)
Melihat kemampuannya yang besar dalam bidang kimia, sebagian penulis Eropa menyebutnya dengan panggilan “Boyle Persia” yang disamakan dengan ahli fisika dan kimia Inggris, Robert Boyle.
Ilmuan yang di lahirkankan di Propinsi Rayy, Iran ini menguasai masalah-masalah kedokteran dan farmasi.
Dia tidak hanya mempelajari kedokteran Arab dan Yunani seperti para ilmuwan muslim lainnya, melainkan dia juga menambahkan pengalamannya dengan mempelajari kedokteran India.
Selain itu ia sangat berpengalaman dalam bidang kimia sehingga ia memiliki kemampuan khusus dalam bidang kedokteran yang tidak dimiliki oleh para ilmuwan lainnya.
Pria kelahiran tahun 240 H (854 M) pernah mempelajari filsafat sebelum akhirnya pindah ke ilmu kedokteran.
Melanjutkan pendidikan di Baghdad dan berada di barisan paling depan di antara sesama ilmuwan yang hidup pada masanya.
Kepandaian dan ilmu yang dimilikinya telah mendorongnya mewujudkan berbagai penemuwan besar berikut.
1. Menemukan pengaruh faktor kejiwaan dalam mengobati berbagai penyakit pada anggota tubuh.
Dia memperingatkan pentingnya menghidupkan keadaan jiwa ketika menyampaikan nasihatnya kepada para dokter dalam buku-bukunya, dengan mengikut-sertakan orang yang sakit bermain dengan orang yang sehat.
2. Merupakan pelopor dalam bidang klinik kedokteran dan orang yang pertama kali melakukan eksprimen pengobatan kepada hewan sebelum dipraktikan kepada manusia.
Metode inilah yang hingga sekarang menjadi pedoman terpenting bagi kedokteran modern. Bahkan dia juga melakukan eksprimen kepada dirinya sendiri.
3. Menulis beberapa buku dalam ilmu anatomi yang menunjukkan pada eksprimen dan pengalaman ilmiah yang dilakukannya.
Pengalaman dengan ilmu-ilmu kedokteran dan kimia sehingga antara satu dan lainnya saling menyempurnakan dan bersinergi.
Hal seperti ini jarang sekali ditemukan pada para dokter yang memperlajari ilmu anatomi dan disiologi, di samping pengetahuannya dalam bidang kedokteran secara umum.
4. Menemukan pengaruh alergi atau hipersensitif pada sebagian orang sakit, sekalipun dalam bukunya dia tidak menggunakan kata “alergi” seperti yang kita gunakan sekarang.
Atau bahwa dia sudah mengetahui gejalanya, tetapi tidak mengetahui penyebutannya seperti pada masa sekarang. Namun dia menyifatinya dengan jelas yang menunjukkan pada keadaan seperti ini.
5. Dia mampu membedakan antara penyakit cacar biasa dengan cacar air pada masa sakit pertama yang hampir serupa pada dua gejala ini. Dia menulis tesis yang sangat berharga dalam hal ini.
Ini merupakan penemuan ilmiah yang besar, terutama karena sebelum masa sekarang, penyakit cacar air banyak menyerang anak-anak.
Sedangkan cacar biasanya menyebar dengan cara menular seperti wabah dan tidak membiarkan seorang pun kecuali dalam keadaan ayan.
6. Dokter yang pertama kali membedakan antara mulas di usus kecil dengan gangguan usus besar.
7. Ar-Razi juga unggul dalam bidang kedoteran dan operasi mata. Dia menulis buku dalam kedoteran mata yang berhubungan dengan anatomi mata dan penyakit-penyakit yang menyerangnya, serta operasi yang harus dilakukan padanya dengan menggunakan peralatan khusus.
8. Menemukan pengaruh cahaya pada lingkaran warna hitam di mata, lalu dia menulis buku tentang analisa melebarnya cahaya di malam hari dan meyempitknya di siang hari.
Pengetahuan ini dipraktikan dalam memeriksa reaksi yang berubah-rubah pada orang yang sakit mata.
Bersambung…
Sumber: 147 Ilmuan Terkemuka dalam Sejarah Islam, Muhammad Gharib Gaudah, Pustaka Al Kautsar.
Baca Juga: Abu Bakar Ar-Razi, Guru Besar Kedokteran Muslim di Eropa (2) [Ai/Ln]