MELANJUTKAN penjelasan mengenai 5 sifat ulama sebelumnya.
3. Tawadhu’
Adapun tawadhu’, dipahami dari firman Allah:
وَا خْفِضْ جَنَا حَكَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
“Dan berendah hatilah engkau terhadap orang-orang yang beriman.” (Al-Hijr: Ayat 88).
Seorang ulama akhirat selalu berendah hati kepada orang-orang beriman.
Tidak menyakiti mereka, tetapi senantiasa mengayomi mereka.
Mengajari mereka ilmu agama dengan tekun dan sabar. Membimbing mereka dan mengadvokasi hak-hak mereka.
Membela mereka yang terzalimi karena kebodohan, bukan mengeksploitasi kebodohan mereka.
Diantara manifestasi tawadhu’ adalah berkhidmat kepada masyarakat dan mudah diakses.
Mudah ditemui, mudah dimintai pertolongan. Jika tidak punya harta untuk menolong, ia tetap mengupayakan bantuan dari pihak-pihak yang bisa diakses bantuannya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengupayakan bantuan dari orang-orang lain untuk membantu orang-orang fakir yang datang kepadanya meminta bantuan tetapi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak memiliki sesuatu untuk diberikan.
4. Berakhlak Baik
Adapun berakhlak baik, dipahami dari firman Allah:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap merereka.” (Ali ‘Imran: 159).
Akhlak adalah sesuatu yang pertama kali dilihat dan dirasakan oleh orang lain dari seorang ulama akhirat.
Seorang ulama akhirat pasti punya akhlak yang baik dan terpuji. Karena ia pasti mengamalkan ilmunya.
Ia selalu menjadi teladan dalam mengamalkan apa yang disampaikan.
5 Sifat Ulama Akhirat (2)
Ia bukan tipe ulama Yahudi yang memiliki ilmu tetapi tidak diamalkan.
Ia selalu takut kepada peringatan Allah:
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ
“(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (As-Saff: 3).
5. Lebih Mengutamakan Akhirat Daripada Dunia, yaitu Zuhud
Adapun zuhud, dipahami dari firman Allah:
وَقَالَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ وَيْلَـكُمْ ثَوَابُ اللّٰهِ خَيْرٌ لِّمَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًـا ۚ
“Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan.” (Al-Qasas: 80).
Seorang ulama akhirat tidak mudah tertipu oleh dunia yang fana.
Tidak mudah menggeser prinsip hanya karena iming-iming dunia.
Tidak mudah tertipu oleh pencitraan yang semu. Tidak mudah silau oleh tampilan luar.
Karena ia selalu melihat esensi dan hakikat.
Baca juga: Manusia Diciptakan Bersifat Keluh Kesah
Karena hati dan pikirannya sudah tertambat dan tenggelam di dalam berbagai kesenangan dan kenikmatan yang ada di akhirat, sekalipun fisik dan raganya masih di dunia.
Dunia ini hanya ada di tangannya, tidak pernah masuk dan tertanam di hatinya.
Dunia ini mudah datang dan pergi dalam hidupnya, karena tidak pernah menguasai hatinya.
Hati dan pikirannya selalu tertambat pada ayat ini:
وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ وَّ اَبْقٰى
“Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (Al-A’la: 17).
مَاعِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللّٰه باق
“Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (An-Nahl: 96).[Sdz]