MENGENALI macam-macam gangguan mata yang bisa dialami balita dapat membuat orang tua lebih waspada untuk mencegahnya. Panca indera merupakan aspek penting dalam pertumbuhan balita.
Di masa usia emas, anak menyerap berbagai informasi dari hal-hal yang ia temui di sekelilingnya, melalui panca indranya. Dan mata merupakan salah satu indra penyerap informasi bagi anak.
Terbayang kan bagaimana jika mata Ananda bermasalah? Yuk, kenali 4 gangguan mata yang sering dialami balita.
Baca Juga: Mengenal ADHD, Gangguan yang Membuat Anak-Anak Sulit Fokus hingga Mengalami Keterlambatan Berbicara
Kenali 4 Macam Gangguan Mata yang Bisa Dialami Balita
Bintitan
Apakah Anda pernah menemukan benjolan kecil kemerahan di pinggir kelopak mata anak? Benjolan ini biasa disebut sebagai bintitan, atau dalam bahasa kedokteran disebut hordeolum.
Bintitan terbentuk saat terjadi sumbatan pada muara kelenjar meibom atau kelenjar minyak yang berada di bawah kulit kelopak mata.
Kelenjar-kelenjar tersebut memproduksi minyak yang bersama air mata berfungsi untuk melumasi bola mata.
Bila muaranya tersumbat, minyak tidak bisa mengalir keluar dan membentuk benjolan di kelopak mata. Inilah kondisi yang disebut sebagai hordeolum (bintitan) tersebut.
Apabila bintitan terjadi karena terinfeksi bakteri, umumnya oleh staphylococcus aureus, maka akan membuat bintitan memerah, kadang berujung putih atau kuning, dan bernanah. Akibatnya, kelopak mata menjadi bengkak.
Terkadang, kondisi tubuh dan lingkungan sekitar yang hangat bisa membuat sumbatan melonggar dan minyak yang terperangkap jadi mencair serta mengalir.
Alhasil, bintitan pun mengempis sendiri dan sembuh dalam beberapa hari. Untuk meredakannya, kompres menggunakan 2 – 3 lembar kapas yang dibasahi air hangat selama 3 – 5 menit, agar muara kelenjar minyak terbuka. Lalu, oleskan salep mata antibiotik di bagian dalam dan luar kelopak mata.
Pengobatan ini dilakukan 3 – 4 kali sehari, tentunya untuk salep harus dengan resep dokter ya. Bintitan tidak boleh dipencet. Terutama, bila lokasinya di kelopak atas, sebab pembuluh darah di area tersebut berukuran besar.
Bila dipencet, nanah bisa masuk ke dalam pembuluh darah sehingga berisiko terjadi penyebaran yang menyebabkan komplikasi phlebitis (radang pembuluh darah). Bahkan bisa menyebar ke jaringan sekitar mata sebagai periorbital cellulitis. Gejalanya adalah bengkak hebat, merah, dan sakit.
Belekan
Air mata dihasilkan sepanjang hari yang bermanfaat untuk membasahi bola mata agar tetap bersih dan terjaga kelembabannya. Jika saluran mata ke rongga hidung tersumbat, kotoran mata tidak dapat dikeluarkan, akibatnya terjadi penumpukan kotoran yang dikenal disebut belekan.
Belekan akan semakin banyak jika produksi air mata semakin banyak, misalnya saat si Kecil sering menangis.
Jika hanya terdapat sedikit belek pada mata di pagi hari dan tidak sampai membuat mata lengket, maka Anda tidak perlu khawatir. Bersihkan saja dengan kapas dan air hangat. Arahnya dari bagian dalam ke arah luar mata.
Namun jika belek cukup banyak hingga matanya lengket, cobalah mengompres matanya dengan kapas yang dicelupkan ke air hangat.
Biasanya, kotoran penyebab mata si Kecil lengket akan lebih mudah dibersihkan. Jangan pernah menggunakan boorwater atau cairan pembersih mata pada anak tanpa resep dokter ya, Bunda.
Jika belekan tak juga membaik setelah lebih dari tiga hari, segera kunjungi dokter. Sebelumnya, perhatikan apakah bagian putih matanya merah atau tidak.
Sampaikan hal ini ke dokter ketika berkonsultasi. Jika matanya kemerahan, maka kemungkinan mata si Kecil terkena infeksi. Dokter biasanya akan memberi obat untuk membantu mengatasi infeksi.
Mata Malas
Mata malas (ambliopia), atau sering juga disebut lazy eye. Mata malas adalah gangguan mata berupa penurunan ketajaman penglihatan akibat gangguan perkembangan penglihatan saat masa kanak-kanak.
Gangguan ini umumnya mengenai salah satu mata saja, namun kadang-kadang juga ditemukan pada kedua mata. Penyebab mata malas bermacam-macam, mulai dari kelainan refraksi, mata juling, dan lainnya.
Untuk mengatasi mata malas, anak harus menggunakan matanya yang malas dengan terapi oklusi (patching), yaitu menutup mata yang penglihatannya baik atau dengan tetes atropin pada mata yang baik.
Mata malas bisa disembuhkan dan bukan penyakit mata keturunan. Namun pada anak dengan keluhan ini, sebisa mungkin harus diperbaiki sebelum anak berusia empat tahun karena di usia itu otak masih fleksibel.
Mata Minus – Plus
Mata minus atau plus pada anak terjadi karena adanya masalah gangguan pembiasan (refraksi) pada mata anak. Gangguan pembiasan ini membuat obyek yang ditangkap oleh mata terlihat tidak fokus alias buram, sehingga si Kecil harus menggunakan kacamata.
Sebenarnya, ada berbagai jenis gangguan pembiasan. Dan, yang biasa dialami anak adalah gangguan pembiasan rabun jauh sehingga menyebabkan kelainan mata minus dan gangguan pembiasan rabun dekat sehingga menyebabkan kelainan mata plus.
Bagaimana cara mengenalinya, Bunda?
Berikut tanda-tanda perilaku anak dengan kelainan mata minus:
Umumnya, jarak mata normal saat melihat gambar atau membaca buku sekitar 30 cm. Bila si Kecil mengalami gangguan ini, maka biasanya ia akan mendekatkan matanya ke buku hingga jarak kurang dari 20 cm.
Saat menonton televisi, ia akan duduk dengan jarak sangat dekat, bahkan bisa jadi berdiri di dekat layar televisi.
Ketika si Kecil melihat obyek yang jauh, ia akan memicingkan matanya sambil memiringkan kepala, berusaha mencari fokus jelas.
Sementara itu, hal yang bisa diamati pada anak dengan kelainan mata plus adalah:
Saat melihat gambar atau tulisan, anak akan menjauhkan matanya dari buku tersebut.
Ketika menggambar, menulis atau membaca, anak cepat mengeluh lelah dan merasa tidak nyaman.
Kadang mata anak mudah berair, merah, bahkan terasa gatal.
Itulah 4 gangguan mata yang kerapkali ditemukan pada anak. Bunda bisa mencegahnya dengan memberikan asupan gizi dan nutrisi untuk mata Ananda serta mengurangi pemakaian gawai pada anak. [ind/smartmama/Cms]