Sampai di sini, kata-kata yatim jadi masalah. Pokoknya kalau bapaknya kayak di layangan putus, maka bukan yatim. Khan masih hidup.
Kasian juga yaa bapaknya masih hidup tapi nggak biayain bagaimana. Mendingan yang ayahnya meninggal. Dapat; simpang siur pendapat.
Akhirnya dari 100 anak yang betul-betul ayahnya meninggal hanya tinggal 20. Di situ aku bingung. Akhirnya makan siang bersama anak yatim dikelola sama anak-anak SMP saja deh. Sementara guru-guru kembali bertugas di tempat masing-masing.
Baca juga: CINTA (Part 2)
Makan bersama seperti Abdullah bin Umar
“Setelah shalat Jum’at makan bersama,” kataku.
Tak usah dikasih sarung lalu baris lalu foto-foto. Biasa-biasa saja ya. Khan namanya saja bersama jadi apa yang kita makan di boarding, apa yang kita kerjakan di boarding, kita ajak mereka agar mereka bahagia, banyak saudara.
Jadilah kakak-kakak OSIS atau BES SMP, mengajak adik-adiknya semua makan, nonton film Al-Kahfi dan berenang di villa sebelah.
Dekat sini, banyak sekali villa yang ada kolam renang, tenis court dan lain-lain. Jadi kita bisa nebeng dan yang punya villa baik-baik. Senang katanya didatangi anak-anak penghafal Al-Qur’an.
As kenyataannya; kalau 120-an anak sudah hafal Al-Qur’an 30 juz, walau kita sekolah International.
Oke deh segitu saja ceritanya. Bahagia lihat anak-anak bahagia. Anak santri JIBBS dan JIGSc, belajar untuk peka terhadap kondisi masyarakat.
Kata anak-anak yatim itu, “Wooo, kayak hotel.”
Senang melihat mereka rukun dan bahagia. Jum’at barakah. Semoga lebih banyak lagi kisah-kisah di siroh Islami yang bisa kami jalankan dan ikuti. Bobo dulu ah.
Allah berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari Kiamat dan dia banyak menyebut Nama Allah.” (QS. Al-Ahzaab: 21)
Website: