ChanelMuslim.com – Pagi ini semua anak kembali. Ya, kembali ke rumah kedua mereka, pesantren.
Semua anak kami di pesantren waktu mudanya. Lalu ketika kuliah mulai agak nakal. Saya pun menangis dan mereka menyesal, taubat, dan mereka bilang, “Susah sekali menjaga diri dan lingkungan. Susah sekali mencari kawan yang baik yang mampu tapi beriman. Susah sekali mendapatkan lingkungan yang mengajak kita pada keimanan.”
Lalu, mereka ketika ada buat salah yang membuat hati orang tuanya perih maka mulai mencari pesantren atau masjid mana yang mampu mensibgoh (meng-influence atau mencelup mereka) dalam aroma kebaikan. Maka mereka akhirnya nyantri dan nyantri lagi. Apakah bisa kabur dari tempat itu? Sangat bisa, tapi mereka nyantri dengan kesadaran bukan paksaan.
Ada juga anak yang tidak mau di pesantren karena kan terkukung, teratur, dan tidak bebas. Maka mereka mencari cara agar tidak kembali ke pesantren lagi dengan alasan. Gurunya galak, pelajarannya nggak jelas, ustaznya nggak pernah mengajar, makanannya nggak enak, ada rambutnya, kurikulumnya berantakan, unstable jadwal, dan lain-lain. Bahkan sekarang tambah alasan covid. Bahaya kan kalau covid, protokolnya nggak diterapkan, tidak ada preventif, dan lain-lain.
Intinya nggak mau balik ke pesantren, nanti dulu.
Ya bagi yang anaknya ingin di pesantren, baiknya membiasakan anak dengan bangun pagi sebelum subuh dari usia dini. Lalu ajak anak dzikir almatsurat dan kemudian tilawah bareng di subuh hari lalu menyapu dan beberes lalu mandi dengan mengantre. Kemudian sarapan pagi berkelompok lalu siap-siap assembly (upacara pagi) dan kemudian belajar, belajar dan belajar dengan terkantuk-kantuk.
Nyantri itu:
1. Ada rasa bete dan kesal tapi harus ditahan
2. Ada rasa menyesal ketika ambil piscok kebanyakan dan teman nggak dapat
3. Ada rasa rindu tak tertahan pada ibu dan bau masakannya
4. Ada rasa rindu ingin menggenggam handphone.
Dan semua itu diatur di pesantren. Mulai dari mengatur diri, mengatur ibadah, mengatur kepekaan, mengatur hati juga emosi, bersabar dalam peraturan, dan lain-lain.
Tak cukup hanya setahun. Juga tidak dua atau tiga tahun.
Harus minimal 6 tahun atau lebih dari itu, maka sebaik-baiknya pesantren adalah bila ayah dan ibu mampu menciptakan suasana teratur seperti di pesantren. Maka tidak ada istilah kembali ke rumah untuk berlibur bebas ria main gadget dan tidur sepuasnya. Lalu kembali ke pesantren nanti-nanti dulu. Bahkan tunggu sampai covid berlalu.
Satu hal yang saya syukuri sebagai ibu adalah adanya para ustaz yang merelakan diri berkhidmat di pesantren dan menjaga anak-anak saya ketika masa remajanya serta masa menjelang dewasa. Selain itu juga ada tempat untuk yang masih galau ketika dewasa sehingga menjadi tempat untuk mengingat kembali bahwa Allah itu ada.
“Mi, kami pergi dulu.”
Dan aku pun menyisipkan uang jajan sekedarnya karena mereka makan juga ditanggung di pesantren. Sungguh rumah kedua yang baik dengan ayah-ayah soleh yang baik hati.
Terima kasih ustaz. Terima kasih telah membuat pesantren untuk anak-anak kami. Terima kasih untuk rumah kedua yang kau bangun dan tinggal di dalamnya.
“Mi, mana Ben? Mau cium Ben dulu.”
Allah berfirman, “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang–rang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah dengan apapun yang kalian kerjakan adalah Maha Mengetahui.” (QS. Al-Mujadalah: 11)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jakartaislamicschoolcom
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: