FOKUS pada kesalahan. Pagi itu, beberapa orang akhowats berkumpul di masjid dan saya duduk di pojokan asyik juga sendirian.
Kemudian, saya dengar salah satu diantara mereka mengajak membaca almatsurat, dan disetujui oleh yang lain.
Dalam hati saya “kayak de javu” deh (pernah ngalamin yang kayak gini), dan kemudian lantunan al matsurat yang indah terdengar dan saya jadi enak deh tinggal ngikutin saja.
Sampai akhirnya terdengar isak tangis dari salah satu akhowat ketika sampai pada kalimat “wa ilaykal mashiir…”
Seperti biasa, sambil dzikir saya mikir: “ada apa yaa? lembut sekali hati akhowat muda itu, baca al ma’tsurat saja sampai nangis, entah apa yang ada dalam pikirannya,”
dan saya coba untuk lebih khusyuk siapa tahu saya menemukan ayat atau kalimat yang bisa bikin saya nangis juga dan lebih khusyuk (kayak akhowat itu).
Baca Juga: 5 Prinsip Parenting Membentuk Karakter Positif pada Anak
Fokus pada Kesalahan
Ketika semua sudah selesai, saya hendak beranjak pulang (oh ya, as info, masjid komplek ini enak banget karena limited jamaahnya, yang ngurus galak jadi semuanya teratur dan nyaman).
Nah, ketika saya pulang dan melewati mereka, saya tertegun, kok yang tadi nangis malah dimarahin -ditegur keras tepatnya- kayaknya mereka akhowat-akhowat yang lagi mabit deh.
“Kalau baca ayat-ayat Al Qur’an, jangan fokus pada yang lain-lain, ukhti… benerin dulu tahsinnya, tajwid itu penting, kalau tajwid kita masih berantakan yaa fokus pada itu dulu, sehingga tidak perlu nangis-nangis.”
Sambil jalan pulang, saya jadi bingung, kayaknya benerin tajwid satu perkara dan menangis karena baca ayat Allah perkara lain deh.
Dua-duanya bener tapi enggak bisa nunggu tajwid bener dulu lalu baru boleh nangis karena membaca ayat Allah.
Buat saya pribadi, akhowat yang tadi menangis karena membaca ayat-ayat Allah itu lebih keren daripada yang sibuk benerin tajwid, lagian benerin tajwid mah bukan saat baca almatsurat…
Kesimpulan saya, seorang ukh atau akh pada saudaranya itu harus lebih ihsan, jangan sedikit-sedikit harus ingin ngasih tahu atau merasa diri paling benar.
Emang benar apa yang dikatakan; “tajwid harus diperbaiki” tapi jangan cuma fokus pada apa yang dirasa benar sehingga orang lain terlihat salah.
Hmm, rasanya aku ingin kembali pada kumpulan itu dan dengan sok tahunya aku akan nawarin diri.
“Assalamu’alaykum ukhti sekalian, saya aja deh yang jadi murrobiyah kalian.” Hahaha…
Ahh, tiba-tiba keluar deh sifat saya yang selalu pingin jadi sesuatu karena enggak puas dengan sesuatu.
Intinya; kenapa kita selalu fokus pada apa yang orang lain “kurang” tapi tidak apresiasi pada apa yang orang lain “lebih”…hmm ?!
(Billy Moon, 18 Januari 2015)
Fifi P. Jubilea (S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D – Oklahoma, USA).
Owner and Founder of Jakarta Islamic School (Jakarta fullday); Kalimalang, Joglo, Depok.
Owner and Founder of Jakarta Islamic Boys Boarding School – Megamendung
Owner and Founder of Jakarta Islamic Girls Boarding School – Mega cerah
Next;
Owner and Founder of Jubilea Islamic College (2023) – Purwadadi Subang – setara SMP dan SMU. Boys and girls.
Owner and Founder of Jubilea University (2024) – Purwadadi and Malaka
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter (X):
https://twitter.com/mamfifi_jisc
Tiktok: