Kadang-kadang kita mungkin senyum kecut dan basa-basi tertahan mendengar keberhasilan anak-anak yang diceritakan dengan gembira oleh seseorang yang sukses dalam mendidik anak.
Kadang-kadang pula kita melihat orang memandang kita dan kemudian melengos ketika terpergok. Mungkin iri. Mungkin kita punya rasa itu.
Rasa iri yang tidak menyenangkan dan bikin hati galau, terbit sekejab dan sekelebat dan kemudian ditahan oleh iman dalam dada. Bila ruh lagi tinggi, maka rasa itu tak terlintas. Namun ada sekelebat dan akan tinggi bila dibiarkan.
Dari iri hingga dengki, merasa bersyukur bila tiba-tiba si cantik jadi peyot dan si langsing menggemuk, atau bahkan mendengar berita buruk kadang bikin orang iri bahagia.
“Fii, kamu gemukan sekarang,” kata kakak sepupuku.
“Yaa Mbak, agar aku tak terlalu sempurna dan membuat orang yang iri menjadi bahagia.”
Media sosial punya andil besar dalam rasa itu. Karena orang-orang itu tampak hidup dalam apa yang kita impikan. Tanpa sadar bahwa kita pun, sebetulnya punya banyak kelebihan yang membuat orang lain iri.
Mengapa kita iri? Mungkin sikap tamak kita, ingin lebih dan lebih. Mungkin juga ego, ingin selalu menjadi dan mendapat yang terbaik.
Cara menghilangkan rasa iri
Bagaimana cara menghilangkan rasa iri? Mengurangi rasa iri dengan;
1. Banyak bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita
2. Tidak usah terlalu jauh memikirkan kehebatan atau keberhasilan orang lain yang tampak di depan kita, fokus pada upgrading diri sendiri saja
3. Banyak tadzkiyah (bersihkan diri dengan perbanyak tilawah dan dzikrullah)
4. Perbaiki ukhuwah sehingga ada rasa, sakitmu adalah deritaku, suksesmu adalah bahagiaku
5. Mengingat mati dan fokus pada kesiapannya
6. Tidak cinta dunia, akan membuat kita hanya iri pada orang kaya yang rajin bersedekah dan orang berilmu yang rajin beramal
7. Fokus pada kelebihan yang Allah berikan.
Wallahu’alam.
Iri dan diiriin tuh nggak enak. Iri itu membakar.
Dari Ibnu Umar r.a, berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak diperbolehkan hasad (iri hati) kecuali terhadap dua orang: Orang yang dikaruniai Allah (kemampuan membaca atau menghafal Al-Qur’an). Lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakannya pada malam dan siang hari.” (HR. Bukhari, Tarmidzi, dan Nasa’i)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: