ChanelMuslim.com – “Lebih Baik Makan Takoyaki daripada Makan Hasil Korupsi” adalah jargon sebuah kedai yang menjual takoyaki di Desa Pasirsari RT 003 RW 01 Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, 17330. Kedai kaki lima berbentuk gerobak takoyaki itu dikelola oleh DRJ Barokah Manajemen, setidaknya sudah ada 3 cabang takoyaki yang sudah dibuka di daerah Kabupaten Bekasi.
General Manager DRJ Barokah Manajemen Rohim mengatakan bahwa jargon yang digunakannya itu artinya lebih baik makan makanan yang halal daripada makan makanan yang haram (hasil korupsi).
“Tulisan yang berada di outlet memang sengaja dibuat untuk menyindir para wakil rakyat, pejabat, dan aparatur pemerintah yang korup,” kata Rohim, kepada ChanelMuslim, Ahad (12/07/20).
Berbekal pengalamannya membuat dan menjual takoyaki, Rohim kemudian mengembangkan bisnis takoyaki.
“Dulu awalnya penjual, ikut orang jualan takoyaki kemudian bisa dan buka sendiri. Alhamdullilah buka outlet satu lancar, lalu buka outlet yang kedua sambil mengembangkan konsep bisnis. Ketika ingin mengembangkan outlet termasuk outlet ketiga bekerja sama dengan pemodal. Jadi pemodal memberikan modal kepada manajemen dan diolah menjadi outlet,” tambah Rohim yang senang membaca buku di sela menunggu pelanggan itu.
Outlet eTakoyaki pertama berada di Sempu Gardu, kemudian kurang lebih 4 bulan, Rohim membuka outlet kedua.
“Outlet satu dan outlet dua awalnya terlalu dekat, maka outlet satu dipindahkan ke Cibeureum dengan tujuan mencari pasar yang lebih luas,” jelas Rohim.
Takoyaki adalah makanan khas negeri sakura Jepang yang sudah mendunia dan kini mulai menjamur di Indonesia. Jajanan ini disukai semua kalangan, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Isi takoyaki menggunakan gurita, tentunya bahan-bahan yang digunakan lebih mahal. Namun, eTakoyaki menjual takoyaki dengan harga terjangkau, rasanya enak tanpa tapi yang merupakan slogan eTakoyaki. Kedai eTakoyaki menyediakan takoyaki dan maklor aneka rasa antara lain; ekstra pedas, balado, barbeque, jagung manis, jagung bakar, dan sapi panggang.
Sementara itu, DRJ Barokah Manajemen merupakan singkatan dari Doa Rakyat Jelita Barokah Manajemen. Rohim mengungkapkan alasan di balik nama tersebut.
“Kenapa memakai nama itu? Karena ini sebuah doa. Kemudian mengatasnamakan rakyat jelita. Memang kembali lagi ke latar belakang orang-orang yang ada di manajemen, dia adalah para aktivis. Rakyat jelita adalah rakyat yang selalu gembira. Rakyat yang selalu tertawa dengan kondisi yang ada. Rakyat yang selalu mencari cara mempertahankan hidupnya bukan untuk berfoya-foya untuk berusaha mempertahankan idealismenya dengan cara berbisnis,” jelasnya.
Kemudian, arti “barokah” termasuk harapan Rohim dan manajemen semoga semua aktivitas yang dilakukannya mendapat berkah.
“Untuk mencapai keberkahan itu tadi menjalin kerja sama dengan konsep syariah. Manajemen itu mengelola,” tambahnya.
Berjualan di Masa Pandemi Corona
Pandemi Corona berdampak pada semua lini, termasuk pedagang kaki lima seperti Rohim. Ia mengatakan bisnisnya sempat terdampak COVID-19, namun ia tetap berusaha berjualan seperti biasa.
“Kalau bagaimana omset di masa pandemi yaitu menurun karena pandemi sangat berpengaruh terhadap hasil penjualan takoyaki tapi kami tetap berjualan seperti biasanya,” ujarnya.
Dengan mengambil segmen masyarakat menengah ke bawah, Rohim optimis bisnis yang dilakoninya tetap eksis.
“Karena setelah menganalisis memberikan harga yang terjangkau tapi secara rasa tetap konsisten. Dari segi umur di atas 5 tahun sampai 40 tahun. Dari segi ekonomi yaitu orang memiliki berpenghasilan rendah. Dari segmentasi wilayah apakah mengambil di perumahan, kampung, hotel, mall dan lain sebagainya. Kami mengambil segmentasinya cenderung di kampung disitu ramai anak-anak, ramai kontrakan, banyak orang yang ngontrak,” tandas Rohim.
Melalui takoyaki, Rohim mendapat keuntungan secara materi, tapi lebih dari itu, Rohim juga menyuarakan satire keadilan dan meningkatkan literasi pelanggan. eTakoyaki mempunyai konsep menunggu sambil membaca buku. Jadi pelanggan menunggu takoyaki matang sambil membaca buku untuk memperluas cakrawala pengetahuan. [ind/Fahrullah]