CEU Kokom Ecoprint berdiri pada tahun 2021 berawal dari kesukaan berkebun, Komariah mulai mengeksplorasi daun, bunga, dan kulit dicetak di kain. Ia terinspirasi dari tayangan di media sosial tentang Ecoprint. Sejak itu, ia mulai belajar dan menggeluti bidang ini.
Latar belakangnya sebagai perawat tidak menghentikannya untuk terus belajar ilmu yang berbeda. Sempat mengikuti sang suami bertugas di Jerman selama 6 tahun, Komariah tidak terbayang untuk mengelola bisnis, ia bahkan hanya fokus mengurus keluarga.
Saat kembali ke Indonesia, ia mulai berkebun dan memanfaatkan area yang cukup luas di pekarangan rumahnya. Ia bahkan membudidayakan jahe merah beberapa waktu dibantu oleh salah seorang asisten rumah tangganya. Namun, usaha tersebut tidak lagi berjalan karena suatu hal dan Komariah pun kembali menekuni kebunnya sebagai hobi.
Suatu saat pada tahun 2021, ia menyaksikan tayangan di media sosial tentang Ecoprint, yaitu suatu proses produksi yang melibatkan daun, bunga, dan kulit menjadi sebuah produk bernilai jual yang tinggi. Ia tertarik dan bahkan memanggil guru khusus ke rumah untuk belajar Ecoprint secara privat.
Satu produk Ecoprint diperoleh melalui berbagai proses yang tidak sebentar. Satu kain Ecoprint merupakan hasil dari kain yang diberi mori, kemudian ditempelkan daun atau bunga sebagai motif, lalu digulung bersama kain yang sudah diberi pewarna alami, yaitu dengan merendam kain selama dua jam. Sementara pewarna kainnya berasal dari sampah daun yang direbus di sebuah panci besar. Panci yang sama pula digunakan untuk mengukus kain Ecoprint yang akan dihasilkan. Cukup rumit dan lama prosesnya, ya?
Baca juga: Ecoprint: Teknik Motif Kain dengan Bahan Alami yang Hasilnya Luar Biasa
Ceu Kokom Ecoprint, Bisnis Ramah Lingkungan untuk Hidup yang Berkelanjutan
Berkat kegigihannya dalam belajar, Komariah mulai membuat sendiri produk Ecoprint yang diolahnya dari kebun sendiri.
“Saya senang berkebun, sejak tahu kalau daun, bunga, dan kulit bisa dicetak di kain, saya mulai menekuni Ecoprint,” cerita Komariah kepada Chanelmuslim.com awal Maret 2025 di kediamannya di bilangan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Setahun berlalu, bisnisnya mulai dikenal orang. Pada tahun 2022, salah satu kampus di Jakarta Selatan mengirim mahasiswanya untuk magang di Ceu Kokom Ecoprint. Kerja sama itu berlanjut hingga sekarang, mahasiswa tersebut menjadi bagian dari tim Ceu Kokom Ecoprint dalam urusan desain produk, khususnya produk pakaian.
Beberapa produk yang dihasilkan Ceu Kokom Ecoprint antara lain: pakaian dan syal (fashion) dan aneka tas (craft), juga ada selimut, dan lain-lain.
Harga yang ditawarkan bervariasi mulai dari Rp150 ribu hingga Rp1,5 juta, cukup kompetitif dibandingkan produk Ecoprint di pasaran.
“Saya jual apa yang menurut saya nyaman dipakai, karena itu, saya enggak pernah bikin produk asal-asalan,” ujar Komariah.
Ceu Kokom Ecoprint mulai menaiki tangga kepopuleran saat meraih penghargaan Kriya Terbaik Nusantara kategori kain dengan tema Pesona dari Alam pada tahun 2023 yang diberikan oleh Dekranas bekerja sama dengan Bappenas. Penghargaan tersebut membuat Ceu Kokom Ecoprint menapaki langkah selanjutnya yaitu go international.
Pada tahun yang sama, Ceu Kokom Ecoprint mengikuti kurasi Dekranas sebagai seleksi produk menuju Osaka Expo 2025.
“Saya hanya ingin berbagi ilmu, menjadi orang yang bermanfaat, terutama kepada sesama perempuan,” kata Komariah merendah.
Ia mengakui, hidupnya saat ini berada di zona nyaman yaitu suami masih bekerja dan anak-anak juga sudah mandiri. Akan tetapi, berdiam di rumah tidak membuatnya senang malah sakit-sakitan.
“Saya dulu harus fisioterapi karena kondisi kesehatan saya, tapi sejak beraktivitas Ecoprint ini, badan saya sehat dan jarang sakit,” kisah Komariah.
Ia menyadari, bisnis craft bukanlah sesuatu yang mudah dan mempunyai segmen pelanggan yang khusus. Ada kalanya sepi orderan, tapi kemudian ia siasati dengan mengisi workshop ke sekolah-sekolah.
Saat mengisi pelatihan, ia pun totalitas, dengan membawa berbagai perlengkapan dan peralatan seperti kain, panci, dan lain-lain yang dibutuhkan selama 5 jam pelatihan.
Meskipun anak-anaknya terlibat dalam mengelola bisnis, Komariah tetap memiliki mimpi sendiri untuk mengembangkan usahanya. Ia tengah membangun gallery di sebelah rumahnya yang akan dipakai sebagai tempat workshop dan juga gallery produk.
Selain itu, ia juga berencana mengembangkan batik dan shibori dalam karya Ecoprint yang dihasilkannya.
Ide-ide tersebut didapatnya setelah berkecimpung dan mengikuti perkembangan Ecoprint dari berbagai komunitas Ecoprint baik di dalam negeri maupun luar negeri, online maupun offline.
“Diam itu enggak enak, setelah kita berkarya, berbagi ilmu, ternyata hidup lebih bermanfaat. Saya ingin terus berbagi kepada ibu-ibu yang membutuhkan,” tutup Komariah menutup perbincangan siang itu.[ind]