ChanelMuslim.com – Siapa yang ingin hidup merana? Tentunya, kita semua ingin hidup bahagia. Namun, adakalanya, kita sendiri yang membuat hidup ini menjadi tidak bahagia. Kenapa?
Masalah terbesar manusia itu menginginkan sesuatu yang hanya Tuhan yang mampu melakukannya. Karena hanya Tuhan yang mampu melakukannya, manusia menjadi kecewa, sedih, depresi, takut dan cemas.
Baca Juga: Yang Bahagia dan Merana di Nikah Masa Pandemi
4 Keinginan yang Membuat Hidup Merana
Apa empat keinginan itu? Motivator dan pegiat parenting dari Rumah Pintar Aisha Rendy Ariyanto W. menjelaskan sebagai berikut.
Khawatir akan Masa Depan
Mengkhawatirkan masa depan yang belum terjadi seolah-olah sudah terjadi. Ciri kedua orang yang tidak bahagia itu adalah selalu mengkawatirkan masa depan yang belum pasti.
Emang kita tahu masa depan, emang kita siapa kok yakin sekali akan kejadian di masa depan yang akan menimpa kita. Emang diri kita Tuhan. Yang tahu masa depan itu Tuhan, sedangkan diri kita tidak tahu.
Kunci ketidakbahagiaan yang kedua adalah kekhawatiran kita terhadap masa depan.
Ingin Kembali ke Masa Lalu
Menginginkan kembali ke masa lalu untuk mengubah sebuah kejadian/peristiwa. Saat diri kita mengalami sebuah peristiwa yang menyakitkan hati, membuat kecewa, membuat marah, membuat sedih maka kita terus memikirkannya.
Kita berkata: “Kenapa hal itu terjadi pada diriku, andai aku tidak membawa ibuku ke rumahku maka hal ini tidak akan terjadi, andai aku dulu menjadi ibu rumah tangga, andai dulu ayahku tidak memarahi aku, andai dulu aku tidak berteman dengannya” dan andai-andai yang lainnya.
Saat kita masih berkata andai, maka diri kita ini sebenarnya tidak terima, menolak, berontak, marah atas kejadian masa lalu yang menimpa.
Kita tidak terima takdir Tuhan yang menimpa diri kita. Sampai kapan kita terus berontak dan marah akan kejadian masa lalu.
Sikap kita untuk memilih berontak dan belum bisa menerima masa lalu itulah yang menjadikan diri kita depresi, tertekan, stress dan tidak bahagia.
Selama kita masih belum bisa memaafkan peristiwa masa lalu, selama itulah kita masih akan dirundung berbagai macam rasa bersalah sehingga kondisi psikis kita menjadi stress dan tertekan serta fisik kita juga semakin melemah lalu jatuh sakit.
Baca Juga: Menyikapi Anak yang Selalu Dituruti Keinginannya
Ingin Orang lain Sesuai dengan Apa yang Ia Mau
Manusia juga menginginkan orang lain sesuai dengan apa yang ia pikirkan, apa yang ia inginkan. Ia ingin orang lain sesuai dengan apa seharusnya dilakukan menurut versinya.
Padahal kita tidak akan pernah bisa mengubah manusia. Jangankan diri kita, Nabi saja tidak bisa mengubah iman pamannya, Nabi Luth tidak mampu mengubah istrinya, Nabi Ibrahim tidak mampu mengubah Ayahnya. Nabi Nuh tidak mampu mengubah anaknya.
Kita itu menginginkan seseorang sesuai dengan apa yang kita inginkan, apa yang kita bayangkan padahal itu sudah pasti tidak mungkin.
Itulah yang menjadi masalah dalam kehidupan kita, ingin orang lain berperilaku sesuai apa yang kita inginkan.
Ingin Hal Buruk Tidak Menimpanya
Manusia juga menginginkan sesuatu hal yang buruk tidak akan menimpanya. Padahal sudah sunatullah bahwa selama kita masih bernafas di dunia ini, kita akan diuji, untuk menaikkan level keimanan kita, sehingga pahala kesabaran kita semakin bertambah banyak dan pada akhirnya tingkatan surga kita semakin tinggi.
Jadi kita harus mulai belajar untuk menganggap semua kejadian yang kita alami, memang normalnya seperti itu. Kehidupan yang normal itu memang seperti itu. Kalau kita sakit, ya normalnya orang hidup ada sakitnya.
Kalau sedang ada masalah, ya normalnya orang hidup ada masalah. Jadi anggap saja, semua perjalanan hidup kita baik kebahagiaan atau kesedihan yang kita rasakan, memang normalnya kehidupan seperti itu.
Baca Juga: Sejuta Rencana dan Keinginan Pulang
Lalu apa kuncinya saat kita mengalami keempat hal di atas? Kuncinya ada pada kata ikhlas, ridho dan pasrah.
Apapun yang terjadi pada diri kita di masa lalu, kejadian yang menyakitkan, kejadian yang membuat kita marah dan sedih, ikhlaskan.
Katakan pada diri sendiri, “meskipun dulu ayah saya suka memarahi saya, saya ikhlas, saya maafkan Ayah saya”, “meskipun dulu saya di-bully dan dikatain ‘cengeng’ saya ikhlas dan saya maafkan teman-teman saya itu”.
Lalu ridho dengan kejadian yang saat ini kita alami. Katakan: “Ya Allah meskipun saya sedang sakit, saya ikhlas dan ridho, semua atas kehendakMu, saya pasrahkan kesembuhan saya kepada-Mu”,
“Ya Allah meskipun saya sekarang masih membawa amanah orang lain (utang), saya ikhlas dan ridho, saya pasrahkan solusinya kepada-Mu”.
Ketiga adalah pasrah dengan takdir Allah di masa depan. Saat kita takut akan sesuatu yang belum terjadi di masa depan katakan:
“Ya Allah, meskipun saya takut tidak lulus ujian, saya ikhlas, saya pasrahkan kelulusanku kepadaMu”. “Ya Allah meskipun saya khawatir jika saya bertemu dengan tante (misalnya sedang punya masalah) saya ikhlas dan pasrahkan solusinya kepada-Mu”.
Begitulah tipsnya saat kita berperasaan negatif baik karena masa lalu, kejadian saat ini yang tidak kita sukai dan kekawatiran akan masa depan maka ikhlaskan, ridho dan pasrahkan pada Allah.[ind]