• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Rabu, 14 Mei, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Fokus

Inilah Kenapa Mereka Nunda Nikah

Juli 25, 2023
in Fokus
Menekuni Anugerah Allah

Ilustrasi, foto: blogspot.com

81
SHARES
625
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
ADVERTISEMENT

NIKAH bukan sekadar soal cinta dan cinta. Boleh jadi ada sebab lain sehingga cinta tak kunjung nyata.

Semua hal pasti ada sebabnya. Termasuk juga tentang para lajang yang menunda waktu menikah mereka: pria maupun wanita.

Meskipun hal itu tidak diungkapkan secara jelas. Namun, outputnya tetap sama: yaitu mereka menunda untuk menikah.

Inilah di Antara Sebabnya

Satu, Dibayangi Trauma Pernikahan

Ada pengalaman psikologis yang bisa menggoreskan luka yang sulit tersembuhkan. Dan pengalaman itu tentang tidak nyamannya sebuah pernikahan.

Memang, bukan dirinya yang mengalami langsung tentang hubungan suami istri. Tapi, dirinya ikut merasakan getah ketidaknyaman kerenggangan hubungan suami istri.

Ini tentang pengalaman keharmonisan ayah ibu si lajang. Sejak kecil, yang ia tahu tentang pernikahan adalah suasana yang tidak nyaman: pertengkaran, kecurigaan, dan hal lain yang tidak menyenangkan.

Sejak kecil hal itu ia rasakan dari pengalaman buruk hubungan ayah dan ibunya. Sebuah masa pertumbuhan yang tidak menyenangkan.

Pengalaman buruk itu tersajikan secara rutin dan berlangsung dalam waktu tahunan. Hingga, ayah ibunya tak lagi bisa mempertahankan ikatan pernikahan mereka.

Dari pengalaman buruk itulah ada semacam alarm psikologis yang tumbuh dalam dirinya bahwa kalau mau hidup bahagia, jangan menikah.

Dua, Trauma Pengalaman dengan Calon

Selain trauma karena pengalaman buruk masa kecil bersama ayah ibu yang tidak harmonis, ada juga trauma ketika sudah besar. Yaitu, pengalaman pahit dari seseorang yang pernah di’target’.

Misalnya, ia sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk melamar seorang gadis. Tapi di luar dugaan hal itu menemui kegagalan. Sebabnya bisa dua: karena ditolak, atau keduluan pelamar lain.

Itu untuk lajang yang pria. Karena tidak tertutup kemungkinan lajang wanita pun bisa mengalami hal ini. Ia mengharapkan si dia datang melamar. Tapi yang dilamar malah ke gadis yang lain.

Sakitnya tuh di sini: di hati ini. Lukanya memang tidak kelihatan. Tapi traumanya bisa sangat lama.

Tiga, Tidak Percaya Diri

Menikah itu seperti jual beli. Ada barang yang dicermati calon pembeli, dan ada uang yang disetarakan dengan nilai barang. Bayangkan jika seorang pedagang tak yakin produknya bagus. Bagaimana mungkin ia bisa melakukan transaksi jual beli.

Jadi, ada semacam keraguan, kekhawatiran, dan sejenisnya bahwa ia memang layak menjadi suami atau istri seseorang. Mungkin karena alasan fisik, ekonomi, intelektual, agama, dan lainnya.

Jika ketidakpercayaan diri ini dianggap tidak begitu perlu untuk diselesaikan, maka langkah untuk menikah selamanya akan menjadi jalan gelap yang sulit untuk dilalui.

Empat, Merasa Belum Siap

Sebab ini muncul karena adanya kelainan perkembangan psikologis. Yaitu, apa yang disebut immaturity, atau tidak tumbuhnya kedewasaan.

Meski usianya sudah tergolong dewasa, tapi mindset atau alam pikirannya masih seperti dunia anak-anak yang ingin bebas dan asyik dengan hobi-hobi.

Tapi tidak berarti bahwa hobi-hobi ini menghalangi kedewasaan seseorang. Karena banyak orang yang memiliki banyak hobi tetap merasa sudah waktunya ia dianggap dewasa dan menikah.

Boleh jadi karena pola asuh masa kecil yang salah. Atau ada sebab lain yang mengekang tumbuhnya kedewasaan seseorang. [Mh]

 

Tags: Fobia Nikah Kalangan Muda
Previous Post

Wangiri, Modus Penipuan Telepon dari Luar Negeri

Next Post

Umar bin Khattab Menghukum Putranya

Next Post
Umar bin Khattab Menghukum Putranya

Umar bin Khattab Menghukum Putranya

Cara Mendisiplinkan Jam Tidur Anak

Viral Bayi Dikasih Antimo agar Tidur Pulas saat Ortu Nonton Bioskop

Rahasia Kecantikan Wanita Korea, Pijatan Jari Pada Wajah

Rahasia Kecantikan Wanita Korea, Pijatan Jari Pada Wajah

.:: TERPOPULER

Chanelmuslim.com

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga