ChanelMuslim.com- Silaturahim itu baik dan istimewa. Tapi, ada hal yang patut dihindari agar silaturahim tidak kehilangan makna.
Lebaran sebagai momen silaturahim memang tradisi yang patut dilestarikan. Karena dengan cara itulah, jalinan cinta dan persaudaraan dengan keluarga besar tetap terjaga.
Namun, ada kalanya, muncul perilaku dan ucapan yang tanpa sengaja bisa melukai atau mencederai jalinan itu. Dampaknya, silaturahim bisa terasa hambar dan kehilangan makna.
Sejumlah perilaku dan ucapan berikut ini patutnya dihindari muncul saat bersilaturahim. Antara lain.
Bersentuhan dengan yang Bukan Mahram
Tidak semua keluarga besar itu mahram atau lawan jenis yang haram dinikahi. Ada juga yang bukan mahram. Karena itu, bersentuhan dengan mereka sepatutnya tidak dilakukan.
Bersentuhan yang dianggap lazim di masyarakat adalah bersalaman laki dan perempuan, duduk berdekatan, dan lainnya. Kalau keduanya bukan mahram maka hal itu tidak boleh dilakukan.
Di antara hubungan keluarga besar yang bukan mahram adalah hubungan sepupu atau anak paman dan bibi, ipar, besan, dan lainnya.
Pamer Keberhasilan
Momen silaturahim bisa menjadi kesempatan untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat Allah. Antara lain dengan memberikan hadiah, dan lainnya.
Pada titik itu, nilainya sangat positif. Dengan ungkapan rasa syukur itu, keluarga besar ikut merasakan rasa bahagia.
Namun tetap berhati-hati. Jangan membanding-bandingkan antara yang kita miliki dengan yang belum dimiliki sanak kerabat lain. Karena dengan begitu, kita merendahkan keadaan mereka.
Misalnya, kita datang dengan mengendarai mobil baru. Kemudian, datang lagi kerabat dengan sepeda motor. Karena daya angkutnya terbatas, kerabat tersebut tidak bisa menyertakan semua anggota keluarganya.
Saat itulah tiba-tiba ucapan kita terlontar, “Yah, kenapa datangnya cuma berdua? Makanya, beli mobil aja biar semua bisa ikutan!”
Kalimat itu terkesan ringan dan mengandung candaan. Tapi, jika dilontarkan oleh yang sudah mampu, nilainya akan berbeda. Ada rasa merendahkan yang diungkapkan tanpa sengaja.
Jadi, silakan ungkapkan rasa syukur dengan membagi-bagikan hadiah. Tapi, jangan iringi dengan ucapan yang merendahkan. Meskipun, niatnya hanya candaan.
Jangan Ego Sentris
Pertemuan saat silaturahim dengan keluarga besar sejatinya momen untuk menggali lebih jauh keadaan atau perkembangan sanak kerabat. Seperti, kabar kesehatannya, pendidikan anak-anaknya, dan kabar yang membahagiakan lain.
Pada saat seperti itu, jadikan fokus perhatian ke pihak lain. Tentang kesehatan mereka, tentang anak-anak mereka, dan lainnya. Meskipun, apa yang terjadi tentang diri kita jauh lebih menarik.
Fokus cerita tentang diri kita dan keluarga baru diceritakan ketika ada pertanyaan. Dan itu pun sebaiknya diungkapkan sekadarnya. Usahakan tidak mendominasi pembicaraan.
Hikmahnya adalah agar forum yang jarang terjadi itu tidak menjadi ajang membanggakan diri sendiri. Dengan lebih banyak menyimak pembicaraan tentang orang lain, kita akan lebih banyak menyerap informasi tentang keluarga besar daripada hanya mengulang-ulang tentang diri kita.
Jangan Ungkit Kesedihan
Salah satu pembicaraan yang mungkin muncul adalah pengalaman sedih yang dialami keluarga besar. Seperti, ada keluarga yang meninggal dunia, kegagalan bisnis, dan lainnya.
Untuk memberikan kesan yang baik, cukup memberikan respon ekspresi sedih atau prihatin. Lebih baik lagi diiringi dengan doa.
Jangan ungkit terlalu jauh pengalaman yang tidak menyenangkan. Karena hal itu akan menyegarkan kembali memori yang sudah ia kubur. Dan hal itu akan memunculkan kesedihan baru.
Terlebih lagi dengan memposisikan diri kita sebagai pengamat yang sedang memeriksa di mana salahnya. Seolah, pengalaman buruk itu sebagai akibat dari kebodohan atau kecerobohan mereka.
Silaturahim adalah momen bahagia. Momen di mana kita kembali menyegarkan rasa cinta dan persaudaraan. Bukan momen membandingkan antara keberhasilan dan kegagalan. [Mh]