ADA apa dengan cinta? Cinta punya banyak makna di berbagai rasa. Sayangnya, tak semua orang memahaminya.
Bahasa Indonesia memiliki kekurangan sebagai simbol ungkapan rasa. Dalam ungkapan yang berbeda, simbol bahasanya tak berbeda.
Kata cinta dalam bahasa Indonesia seperti tak memiliki kekkhususan. Rasa suka terhadap siapa pun dan apa pun diwakili dengan satu kata: cinta.
Padahal, nuansanya sangat berbeda. Cinta seorang siswa kepada gurunya tentu berbeda antara cinta sesama siswa. Cinta ayah kepada anaknya juga sangat berbeda dengan cinta ayah dengan istrinya.
Begitu pun dengan cinta seseorang dengan pekerjaannya. Cinta seseorang dengan hewan peliharaannya. Cinta warga dengan tanah airnya. Dan seterusnya.
Cinta antara Pria dan Wanita
Islam membedakan antara cinta umum dengan yang khusus seperti pria dan wanita. Secara umum, cinta disimbolkan dengan kata al-hubbu.
Cinta ini bisa ditujukan ke siapa dan apa saja. Misalnya, cinta mukmin kepada Allah subhanahu wata’ala begitu pun sebaliknya, cinta umat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam begitu pun sebaliknya, cinta umat dengan Al-Islam, dan seterusnya.
Namun berbeda dengan cinta antara pria dan wanita. Al-Qur’an menyebutnya dengan kata mawaddah dan rahmah: waja’ala bainakum mawaddatan wa rahmatan.
Ulama menafsirkan dua kata ini yang dalam bahasa Indonesia sama-sama cinta. Mawaddah adalah cinta yang lahir dari dorongan syahwat biologis. Sementara rahmah, cinta yang lahir dari kecocokan rasa.
Cinta secara Umum
Menariknya, Al-Qur’an selalu mendominasi makna cinta al-hubbu dari dua kata tadi: mawaddah dan rahmah. Karena memang cakupan cinta al-hubbu memiliki cakupan yang lebih luas.
Sementara, nuansa keseharian sosial dan budaya justru sebaliknya. Makna cinta didominasi oleh hubungan pria dan wanita. Mulai dari film, syair dan lagu, serta kata love sebagai terminologi impor dari budaya Barat.
Jarang sekali dalam keseharian, anak-anak muda bilang, “God, I love you!”
Bisa disimpulkan, makna cinta dari sudut pandang Islam seolah menjadi terbalik dari sudut pandang keseharian kita. Yang luas jadi sempit, dan yang sempit menjadi luas.
Cinta tentang pria dan wanita dalam Islam tidak diekspos begitu massif. Tidak tertera di banyak ayat dan hadis. Bisa dibilang, hanya di ayat pernikahan saja: yaitu kata mawaddah dan rahmah.
Nah, kini yang menjadi muhasabah kita, kita mau ikut yang mana: cara Islam memandang cinta atau dunia sekuler yang kecanduan cinta? [Mh]