ChanelMuslim.com- Fenomena pandemi akhir-akhir ini menyiratkan kegamangan yang terjadi. Yaitu, pilihan sulit dari dua keinginan: kaya atau sehat.
Kalau menggunakan logika sederhana, tentu pilihannya kaya. Kenapa? Karena kalau kaya, apa pun bisa didapat. Termasuk sehat.
Jika pundi-pundi berlimpah, semua tentang fasilitas kesehatan bisa diraih dengan mudah. Apa saja. Mulai dari rumah sakitnya, tenaga kesehatan, dan obat.
Namun masalahnya, tentang pilihan sehat ini bukan sekadar sehat biasa. Tapi sehat dari wabah di masa pandemi. Yang jika meleset, taruhannya nyawa manusia.
Jika mempertimbangkan lebih dalam tentang ini, pilihan sederhana tentang kaya dulu baru sehat mungkin bisa dipikir ulang. Buat apa banyak duit kalau sanak kerabat dan termasuk diri sendiri rentan mati.
Tapi, bukankah urusan mati berkaitan dengan ajal yang sudah ditentukan Allah? Itu memang benar. Tapi kita bukan ayam, kucing, atau kambing yang tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.
Jika ada pedagang yang ingin kaya sementara istri dan anak-anaknya sakit parah, tentu ia akan menutup tokonya sementara. Ia pun akan rela menguras tabungan yang ia sayang-sayang demi pulihnya kesehatan keluarganya.
Logikanya juga sederhana: kalau duit yang hilang bisa dicari kapan saja, tapi kalau nyawa yang melayang tak akan ada kesempatan ulang.
Namun, logika yang berbeda juga membuat gamang rakyat jelata. Yaitu, gamang antara selamat dari covid atau selamat dari lapar.
Yang akhirnya dipilih rakyat adalah selamat dari lapar. Kenapa? Lapar itu terlihat jelas. Tapi covid tak terlihat. Lapar itu begitu dekat: hari ini bahkan jam ini lapar sudah terasa. Sementara covid bisa nunggu tiga hari di masa inkubasi.
Pilihan dramatis ini boleh jadi dianggap sebagian orang sebagai cerita di negeri dongeng. Masalahnya, memang tak banyak orang yang menyadari bahwa negeri ini sudah seperti negeri dongeng. [Mh]