ChanelMuslim.com- Kata pawang tiba-tiba menjadi populer. Bahkan kata ini menjadi sorotan dunia pasca balap MotoGP di Lombok beberapa waktu lalu.
Kalau kita mencari arti kata pawang, Wikipedia mengidentikkan kata itu dengan Indonesia dan Malaysia. Hal ini karena kata itu sudah terkenal di literatur Inggris di era akhir kolonialisme pada abad 19.
Kamus bahasa Indonesia menerjemahkan kata pawang sebagai dukun. Yaitu, sebuah keahlian mistis terhadap sesuatu.
Namun kata pawang belakangan juga diidentikkan dengan keahlian mengendalikan hewan-hewan tertentu. Seperti pawang ular, pawang buaya, pawang anjing, dan lainnya.
Kata pawang yang dihubungkan dengan ular, buaya, anjing dan hewan lainnya lebih karena kedekatan seseorang dengan hewan-hewan tersebut. Sebegitu dekatnya sehingga mereka bisa mengendalikan gerak-gerik hewan tersebut.
Dengan kata lain, kata pawang yang dihubungkan dengan hewan boleh jadi tidak berhubungan sama sekali dengan perdukunan. Melainkan karena kemampuan menguasai insting hewan.
Bagaimana dengan pawang hujan? Rasanya, hal ini lebih dekat dengan budaya masa lalu daripada sebuah keterampilan seperti pawang ular, buaya, anjing, dan lainnya.
Siapa di kalangan manusia yang punya kedekatan dengan hujan seperti para pawang yang dekat dengan ular, buaya, dan anjing. Hujan itu peristiwa cuaca, bukan makhluk tertentu yang bisa diajak “kompromi”.
Di masa heboh lumpur Lapindo beberapa tahun lalu, pernah ada yang mendatangkan pawang untuk menghentikan semburan lumpur yang tak kunjung berhenti. Begitu banyak pawang yang mencoba, tapi sampai saat ini Lapindo masih mengkhawatirkan.
Dari sudut pandang Islam, jelas bahwa pawang atau dukun itu haram. Kalau ada yang percaya dengan dukun, selama empat puluh hari ibadahnya tidak diterima. Begitulah yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kalau memang mereka begitu meyakini kehebatan pawang untuk mengendalikan hal-hal tertentu di luar kemampuan manusia, rasanya begitu banyak pawang dibutuhkan di negeri ini.
Seperti pawang minyak goreng, pawang utang negara yang terus membengkak, pawang korupsi, pawang nepotisme, dan lainnya.
Satu lagi yang juga sangat dibutuhkan negeri ini dari dunia perpawangan. Yaitu, sangat diperlukannya pawang kebodohan, agar negeri ini tidak terus dalam kungkungan kedunguan. [Mh]