ChanelMuslim.com – Optimisme di Tahun Baru
Tahun 2020 telah berlalu. Tahun itu dianggap banyak orang sebagai tahun penuh cobaan. Yang paling besar adalah cobaan pandemi. Ribuan orang wafat, jutaan sakit, jutaan lainnya kehilangan penghasilan, jutaan keluarga morat-marit, dan jutaan siswa dan pendidik mengalami hambatan luar biasa.
Pertanyaannya, seperti apa wajah tahun baru: 2021? Apakah masih serupa dengan lalu. Akankah lebih baik? Atau jangan-jangan lebih buruk lagi.
Baca Juga: Optimisme Dyandra dalam Penyelenggaraan Event MICE di Tahun 2021
Optimisme di Tahun Baru
Kegelisahan meneropong wajah tahun baru mungkin bisa dianggap wajar. Manusia memiliki rasa sakit jika mengalami hal yang tidak mengenakkan. Rasa sakit ini memunculkan dua arah reaksi: jatuh kemudian menyerah, dan jatuh kemudian bangkit.
Bagi orang beriman, rumus keluar dari pengalaman susah mestinya sudah tertanam kuat di hati. Pertama, semua kesusahan merupakan ujian Allah, apakah kita lulus atau gagal. Lulus kalau ujian itu bisa dilalui dengan baik, tanpa membuat iman turun, tanpa memunculkan emosi, dan tanpa mengkerdilkan potensi diri sendiri.
Kedua, di balik semua kesusahan terpampang luas solusi. Allah subhanahu wata’ala mengajarkan, ‘Inna ma’al ‘usri yusro. Fainna ma’al ‘usri yusro.’ Pasti bersama kesusahan itu ada kemudahan. Diulangi lagi, maka bersama kesusahan itu ada kemudahan.
Menariknya, di ayat ini, Allah menyebutnya dengan kata ‘bersama’, bukan setelah. Artinya, bersama kesusahan ada kemudahan. Bukan, setelah kesusahan ada kemudahan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika Allah menurunkan kesusahan di satu sisi, di sisi lainnya terpampang kemudahan.
Dua sisi yang turun secara bersamaan ini tentu bisa ditelisik sempurna oleh mereka yang optimismenya tidak tertutup pesimisme. Mirip seperti dua orang di satu jendela yang menatap pemandangan luar jendela setelah hujan deras. Satu orang menatap ke tanah becek yang memunculkan pesimismenya. Satunya lagi menatap ke langit dan terpesona dengan keindahan cakrawala yang memunculkan optimisme.
Ketiga, prasangka baik terhadap apa yang Allah timpakan dalam hidup ini. Nabi memuji seorang mukmin karena kebaikan ini. Ditimpa kesusahan, ia sabar, dan sabar menjadi kebaikan. Ditimpa kemudahan, ia bersyukur, dan syukur itu menjadi kebaikan. Jadi, tidak ada yang buruk bagi orang beriman di dua sisi hidup yang ia alami itu. Dua-duanya mengandung kebaikan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan sebuah doa. Allahumma inni a’udzubika minal hammi wal hazan. Wa a’udzubika minal ‘ajzi wal kasal. Wa a’udzubika minal jubni wal bukhul. Wa a’udzubika min ghalabatid dayn, wa qahrir rijal.
Ya Allah, lindungi aku dari sifat ham (was-was sebelum sesuatu terjadi) dan hazan (sedih setelah sesuatu terjadi). Dan lindungi aku dari sifat lemah (gampang putus asa) dan sifat malas (enggan berusaha). Dan lindungi aku dari sifat penakut dan kikir. Dan lindungi aku dari perangkap hutang dan kekejaman seseorang.
Semoga hati dan jiwa kita tetap memancarkan cahaya optimisme di tahun ini. Meskipun, pengalaman tahun lalu telah menorehkan luka dalam bagi kehidupan kita. (Mh)