ChanelMuslim.com- Puncak berjubelnya pasien Covid di rumah sakit-rumah sakit kini mulai nyata. Tenda-tenda pun dipasang demi melayani pasien yang kian membludak.
Krisis kesehatan sepekan belakangan ini kian menunjukkan keprihatinan yang luar biasa. Hampir semua rumah sakit di kota-kota besar “angkat bendera putih” tanda menyerah. Semua ruang perawatan full. Semua terisi pasien Covid.
Sejak beberapa hari lalu, bahkan rumah sakit sudah tidak lagi menerima pasien Covid baru. Masyarakat terpaksa melakukan perawatan di rumah sendiri. Dan tentu dengan kemampuan ala kadarnya.
Kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat pun diterapkan. Darurat. Masyarakat dipaksa tidak melintasi daerah lain kecuali yang diizinkan. Hal ini berlaku di Jawa dan Bali.
Dampaknya, ribuan bisnis besar, menengah, apalagi kecil mati suri. Mulai dari bisnis kuliner, hiburan, pendidikan, aneka layanan jasa, dan lainnya.
Masyarakat pun belum bisa memastikan bahwa pembatasan ini memang akan berakhir pada tanggal 20 nanti. Karena hal itu sangat bergantung dengan kenyataan di lapangan. Kenyataan bahwa ledakan pasien Covid bisa lebih dikendalikan. Tentu harapan kita selalu untuk yang terbaik.
Bukan hanya sektor ekonomi yang morat-marit, aktivitas sosial pun ikutan vakum. Rumah ibadah seperti masjid tutup sementara. Padahal, di tanggal 20 itu umat Islam kedatangan hari Raya Qurban yang lagi-lagi pusat kegiatannya di masjid.
Begitu pun dengan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang sudah diuji coba beberapa pekan. Semuanya kini harus “kembali ke laptop” dan hape.
Semua itu ada harganya. Harga yang tidak sedikit tentunya. Krisis akan melahirkan krisis lanjutan, dan seterusnya.
Semua bermula dari krisis kesehatan yang mungkin dianggap sebagian pihak sebagai hal remeh. Karena ada yang lebih besar, seperti ekonomi, dan politik antara lain dalam bentuk pilkada.
Krisis kesehatan yang menjadi begitu darurat saat ini adalah akumulasi dari “pengabaian” sebelumnya. Bisa dilakukan oleh siapa pun: warga negara biasa yang abai dengan prokes, apalagi pejabat yang ikutan abai sehingga menelurkan kebijakan kesehatan yang lambat.
Kita berharap, krisis kesehatan di negeri ini segera berakhir. Agar negeri ini tidak mengalami seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu di Italia, Brasil, dan India. [Mh]